Jazirah Indonesia – Laporan Islamic Finance Country Index (IFCI) 2020 menyebutkan, dari 42 negara yang di survei terkait keuangan syariah, Indonesia menempati posisi ke-2 dengan skor 82.01 setelah Malaysia.
Meski begitu, saat ini instrumen keuangan syariah yaitu pasar modal syariah masih mengalami perlambatan dalam kinerjanya. Oleh karena itu, ke depan diperlukan perluasan pasar yang lebih inklusif dan berkesinambungan untuk memajukan kinerja pasar modal syariah.
“Sejalan dengan perlambatan ekonomi nasional dan global akibat pandemi Covid-19, kinerja pasar modal syariah ikut mengalami pelambatan, khususnya kinerja saham syariah dan reksadana syariah.”, jelas wakil Presiden K.H Maruf Amin pada acara International Conference “The Future of Islamic Capital Market 15 Juli kemarin.
Wapres mengatakan, perluasan pasar modal syariah menjadi penting sebab hal ini merupakan faktor pendorong yang penting bagi pertumbuhan ekonomi secara makro.
“Keberadaan pasar modal syariah memiliki peran penting sebagai sumber pendanaan dan juga investasi bagi masyarakat,” kata Maruf dikutip langsung dari laman wapresri.go.id.
Dia menilai terdapat dua tantangan utama yang akan dihadapi dalam upaya perluasan pasar modal syariah ini.
Baca juga: Perlunya Literasi Ekonomi Syariah Yang Lebih Inovatif
Kedua tantangan tersebut diantaranya peningkatan literasi terhadap masyarakat dan korporasi serta sosialisasi kepada generasi milenial sebagai generasi potensial yang sedang berada dalam masa produktif.
“Sedikitnya terdapat dua tantangan utama yang harus dihadapi dalam upaya pengembangan dan perluasan pasar kedepan, yaitu peningkatan literasi dan edukasi kepada masyarakat, korporasi, dan investor potensial”, kata Wapres.
Kemudian katanya, dilakukannya sosialisasi kepada masyarakat khususnya kepada generasi milenial dan generasi Z (i-generation) yang mudah dipahami, dapat menarik minat, dan relevan dengan kondisi kekinian,” ungkap Wapres.
Literasi ini kata Wapres, sejalan dengan Roadmap Pasar Modal Syariah Tahun 2020-2024 yang menitik beratkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Dimana, di dalam roadmap tersebut dijelaskan bahwa upaya peningkatan sumber daya manusia dilakukan melalui peningkatan literasi dan inklusi masyarakat tentang pasar modal syariah serta peningkatan kompetensi aspek syariah para pelaku pasar.
“Total penerbitan Sukuk Ritel tersebut mencapai 203 triliun rupiah, dengan total investor sebanyak 347.145 individu,” papar Wapres.
Selain itu, lanjutnya, telah diterbitkan juga Green Sukuk yang merupakan SBSN pertama dan terbesar di dunia serta telah menerima sekitar 42 penghargaan dari berbagai lembaga internasional serta penerbitan instrumen investasi syariah di pasar modal syariah.
“OJK (Otoritaw Jasa Keuangan) juga telah memberikan izin penerbitan instrumen investasi syariah di pasar modal syariah seperti reksa dana syariah dan saham syariah yang fatwanya diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN – MUI),” terangnya.
*Rizkyansah Y. Editor:Rizkyansah Y
Komentar