Jazirah Indonesia – Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth disebut merupakan logam mineral yang bernilai sangat tinggi dan banyak digunakan untuk memproduksi perangkat smartphone hingga senjata militer.
Rare earth belakangan disebut sebagai harta karun yang diburu oleh dunia. Banyaknya kegunaan kandungan mineral paling langka di dunia itu membuat banyak negara memburu keberadaannya, termasuk juga Indonesia.
Jurnal Potensi Logam Tanah Jarang yang dirilis oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2019, logam tanah jarang memiliki banyak kegunaan untuk membuat berbagai peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Unsur Tanah Jarang (UTJ) adalah unsur penting yang digunakan pada berbagai produk yang kita gunakan sehari-hari seperti telepon seluler, hard drive, lensa kamera, microwave, peralatan medis, persenjataan canggih maupun berbagai produk teknolog.
Selai itu, penggunaan logam tanah jarang juga akan memicu berkembangnya material baru. Material baru dengan menggunakan logam tanah jarang memberikan perkembangan teknologi yang cukup signifikan dalam ilmu material.
Perkembangan material itu pun banyak diaplikasikan di dalam industri untuk meningkatkan kualitas produk.
Logam tanah jarang juga mampu menghasilkan neo magnet, yaitu magnet yang memiliki medan magnet yang lebih baik daripada magnet biasa.
Ini dapat memunculnya perkembangan teknologi berupa penurunan berat dan volume speaker yang ada saat ini, sehingga munculnya dinamo yang lebih kuat dan mampu menggerakkan mobil.
Dengan adanya logam tanah jarang, maka memungkinkan munculnya mobil bertenaga listrik yang dapat digunakan untuk perjalanan jauh, mobil hybrid mulai marak dikembangkan.
Dalam pengembangan mobil hybrid, komoditas logam tanah jarang menjadi sangat strategis karena terdapat sejumlah kandungan yang merupakan bahan penting dalam pembuatan motor listrik dan generator mobil hybrid.
Di China, produksi logam tanah jarang yang besar mampu mendorong pertumbuhan teknologi industrinya hingga mendirikan industri elektronik nasional yang dapat bersaing dengan luar negeri.
Di Amerika Serikat logam tanah jarang digunakan untuk pertahanan, seperti mesin jet pesawat tempur dan pesawat terbang komersial, sistem senjata rudal, elektronik, pendeteksi bawah laut, pertahanan antirudal, alat pelacak, pembangkit energi pada satelit, serta alat komunikasi.
Secara global, pada 2008 tercatat penggunaan logam tanah jarang terbesar adalah untuk magnet, fosfor, dan paduan logam yang mencapai sekitar 82 persen dari nilai permintaan.
Keberadaan rare earth di Indonesia
Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkap bahwa logam tanah jarang (rare earth) banyak ditemukan di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Meski itu penelitian terkait logam ini di daerah daerah di Indonesia masih minim.
Meski komoditas ini belum diproduksi di Indonesia, namun Indonesia juga disebut-sebut memiliki sumber “harta karun” yang satu ini terpendam.
Berdasarkan buku “Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia” oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2019, sumber daya logam tanah jarang yang berhasil diteliti di beberapa wilayah tercatat setidaknya mencapai 72.579 ton, berasal dari endapan plaser dan endapan lateritik.
Pusat Sumber Daya Geologi-Badan Geologi pada 2014 melakukan kajian untuk mengetahui potensi sumber daya LTJ dalam endapan tailing di wilayah Pulau Bangka dengan menggunakan metoda interpretasi remote sensing.
Hasil kajian menunjukkan tebal endapan tailing 4 m s.d. 6 m, luas total endapan tailing 500.000 ha, sehingga diperoleh volume 5.500.000.000 m3. Dengan kadar total LTJ 9,5 gr/m3, maka tonase LTJ mencapai 52.387.500.000 gr atau 52.000 ton.
Adapun sumber daya LTJ dari endapan lateritik yang diteliti dari beberapa wilayah tersebut mengandung 20.579 ton.
Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel.
Buku “Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia” oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2019, menyebut daerah di Indonesia yang menyimpan sumber daya logam tanah jarang:
- Sumber Daya Tipe Plaser:
Sebagai mineral ikutan timah, logam tanah jarang tipe plaser banyak dijumpai di lokasi sumber daya timah karena sama-sama dalam endapan aluvial timah, baik di darat (onshore) dan laut (offshore). Semakin besar potensi timah, semakin besar pula potensi LTJ. Secara teoritis, kandungan LTJ dalam mineral monasit sekitar 91%-94%. Berikut daerah kaya LTJ dengan tipe plaser:
- Kepulauan Riau, sumber daya tereka monasit 2.268 ton
- Kepulauan Bangka Belitung, sumber daya tereka monasit 177.211 ton
- Selatan Kalimantan Barat, sumber daya tereka monasit 1.176 ton
- Sumber Daya Tipe Endapan Residual/Lateritik:
Tipe ini merupakan tipe endapan yang mulai dikembangkan di beberapa negara penghasil logam tanah jarang. Potensi LTJ tipe lateritik di Indonesia cukup besar, jika dilihat dari kondisi geologi dan iklim yang memungkinkan terjadinya endapan
lateritik di Indonesia. Berikut daftar daerah yang mengandung logam tanah jarang dengan tipe endapan residual/lateritik:
- Pamonangan, Sumatera Utara, potensi logam tanah jarang 19.917 ton dan bijih 4,43 juta ton.
- Ketapang, Kalimantan Barat, potensi LTJ 219 ton dan bijih 1,93 juta ton.
- Taan, Sulawesi Barat, potensi LTJ 1.416 ton dan bijih 7,32 juta ton.
- Banggai, Sulawesi Tengah, potensi 443 ton dan bijih 1,52 juta ton
- Pelapukan (Ion Adsorption):
Potensi sumber daya LTJ tipe adsorpsi ion khususnya yang terdapat dalam endapan kaolin terdapat di daerah Pulau Belitung, tapi sayang masih belum dapat dihitung karena keterbatasan data yang diperoleh dari pemboran tangan dan sumur uji. Walaupun dari hasil analisis kimia sudah menunjukkan adanya kandungan LTJ, namun potensi ini masih sebagai indikasi LTJ.
- LTJ pada Batu Bara:
Meski penelitian tentang ini masih terbatas, namun berdasarkan kondisi geologi dan besarnya potensi batu bara di Indonesia, diperkirakan potensi LTJ pada batu bara Indonesia cukup signifikan. Penelitian antara lain dilakukan di:
- Lapangan Sangatta, Kalimantan Timur.
- Bangko, Sumatera Selatan.
Komentar