oleh

Mahasiswa UI Ciptakan Alat Penerjemah Bahasa Isyarat Portable

 Jazirah Indonesia – Tiga mahasiswa Universitas Indonesia (UI) menciptakan alat penerjemah bahasa isyarat TRANSAURA dengan menggunakan teknologi TensorFlow dan Raspberry Pi.

Ketiga mahasiswa UI ini menaruh minat yang besar terhadap bahasa isyarat karena menyadari minimnya aksesibilitas penerjemahan bahasa isyarat bagi masyarakat umum.

banner 1200x500

Kampus Top di Instagram Ketiga mahasiswa lintas jurusan ini adalah Daffa Fairuzaufa Athallah Raharjo (Fakultas Teknik UI, 2020), Aine Shahnaz Tjandraatmadja (Fakultas Ilmu Keperawatan UI, 2020) dan Almaz Scarletta Tjakrashafanti (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, 2018).

Pakar Image Processing Dodi Sudiana mengatakan, minimnya alat penerjemah bahasa isyarat menimbulkan isu sosial terhadap penyandang disabilitas.

Misalnya, seperti kesenjangan pendidikan, ketidaksetaraan kesempatan kerja, dan inklusi partisipasi sosial.

“Teknologi Transaura sendiri dibuat dengan menggunakan TensorFlow untuk machine learning dan Raspberry Pi untuk object detection,” kata Dodi Sudiana dalam keterangan pers, Jumat (4/2/2022) dilansir sindonews,com

Dodi yang merupakan Dosen Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik UI (FTUI) mengatakan, Tim Transaura di bawah bimbingan Dodi Sudiana berhasil meraih juara ketiga tingkat nasional pada kompetisi hibah untuk penelitian nasional, Tanoto Student Research Awards 2021, di bidang appropriate technology.

Tim tersebut melakukan penelitian dan menjalani seleksi bertahap mulai dari tingkat universitas sampai tingkat nasional pada Juni 2021-Januari 2022. Dalam kompetisi tersebut, Tim Transaura bersaing dengan 24 tim lain.

Dekan FTUI Prof. Dr. Heri Hermansyah berharap penelitian ini dapat terus dilanjutkan untuk mengembangkan lingkungan yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas di Indonesia.

“Teman-teman tuna rungu yang lulus dari Sekolah Luar Biasa (SLB) banyak yang mengalami kesulitan dalam proses pencarian kerja maupun kesulitan dalam mengakses berbagai sarana publik.

Tujuan kami mengembangkan Transaura adalah untuk memudahkan teman tuna rungu untuk dapat berkomunikasi dua arah,” ujarnya.

Pencetus ide Transaura Daffa mengatakan, desain Transaura berbentuk portable box yang dapat ditaruh di mana-mana. Alat ini memiliki dua sisi, sisi pertama untuk teman tuna rungu dan sisi lainnya untuk teman dengar.

Dua layar yang terdapat di depan dan belakang memungkinkan dilakukannya komunikasi dua arah. Layar pertama akan menjadi tempat penerjemah bahasa isyarat menggunakan object detection dengan bantuan TensorFlow.

“Layar kedua akan mengeluarkan teks yang terletak pada sisi belakang alat tersebut. Komponen utama yang menjadi otak dari Transaura adalah microprocessor Raspberry Pi,” ujar Almaz menjelaskan terkait komponen Transaura. TensorFlow adalah library open source untuk komputasi numerik dan machine learning skala besar.

TensorFlow dapat melatih dan menjalankan jaringan saraf dalam untuk klasifikasi digit tulisan tangan, pengenalan gambar, penyematan kata, jaringan saraf berulang, model urutan-ke-urutan untuk terjemahan mesin, pemrosesan bahasa alami, dan simulasi berbasis PDE (partial differential equation).

Menariknya, TensorFlow mendukung prediksi produksi dalam skala besar dengan model yang sama yang dapat digunakan untuk pelatihan. Transaura dibuat untuk dapat digunakan di area perkantoran, supermarket dan sarana transportasi.

“Dengan Transaura, diharapkan dapat tercipta kesetaraan bagi penyandang disabilitas pada berbagai lapangan kerja, sesuai dengan namanya Transaura (translating aura). Kesempatan dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas menjadi titik tumpu dari penelitian ini,” kata Ketua Tim Transaura Aine.

Komentar