Oleh: Bambang Rano
(Penggiat Literasi Loga Loga)
MENGAPA daerah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, tapi kehidupan guru honorer dipersimpangan. Kehidupan ‘’guru honorer dipersimpangan’’ itu, adalah persoalan gaji dan tunjangan yang terjadi di Kabupaten Halmahera Tengah. Persoalan inilah guru mempertanyakan ‘’keadilan gaji’’ yang tidak sesuai SK Bupati.
Gaji guru honorer di SK Bupati itu sejumlah Rp. 1.750 00, namun faktanya penerimaan gaji tidak sesuai SK Bupati yang diterima hanya Rp. 1. 500 000. Sungguh, ironis dengan kondisi gaji guru yang berada dibawa pendapatan anggota DPR atau pejabat daerah.
Kondisi ketidakadilan yang di alami oleh guru perlu di pahami secara cermat, bahwa hak guru telah di abaikan. Di akibatkan gaji guru selalu dijadikan ‘’tawaran politik’’ disetiap momen pilkada. Hal inilah hak guru di abaikan, karena guru berada dalam pusaran politik daerah. Itu penyebab akar masalahnya. yang tidak lain, pemerintah belum empati terhadap hak guru. Ini menunjukan, kepentingan politik lebih dominan, ketimbang hak guru. Guru hanya diperlukan sebatas kepentingan politik.
Jika guru hanya diperlukan sebatas kepentingan politik yang kian tak bermutu. Maka antara lain, keadilan hak guru yang di abaikan itu jawaban subtansinya adalah melalui protes dijalan. Supaya pemerintah daerah harus mendengar ‘’suara guru’’ yang selama ini tidak di dengar. Sayangnya, suara guru terperangkat di empuk kekuasaan politik. Guru tidak bisa dilibatkan di dunia politik, melainkan tugas guru sebagai cermin ‘’ air mata keteladanan’’, yang membangun masa depan daerah dengan pendidikan.
Karena guru itu tempat saluran ilmu dan pencerahan bagi kemajuan daerah ini agar lebih bermartabat. Daerah yang bermartabat itu fondasinya pembangunan manusia sebagai pusat perhatian kita bersama. Soedjatmoko mengingatkan manusia adalah pangkal dan ujung pembangunan. Investasi pembangunan manusia dan daerah itu terletak pada kapasitas ‘’lembaga pendidikan’’ yang meningkatkan daya saing daerah.
Kapasitas sumber daya manusia itu menjadi vital peradaban untuk menumbuhkan kecerdasan, kearifan dan kualitas kehidupan kita bersama. Semua itu berkat pengabdian dan kontribusi guru yang sangat mahal dan tak mampu dibayar. Kontribusi guru terhadap daerah sangat berharga di dunia pendidikan yang tidak bisa diremehkan. Tanpa guru kita tidak akan menyemai masa depan daerah.
Menyemai masa depan daerah itu terletak pada peran guru yang terus berbuat tanpa pamrih. Oleh karena, itu pemerintah daerah harus memperhatikan hak guru yang ‘’mencerdaskan kehidupan bangsa. Memperhatikan hak guru itu seperti ‘’merawat investasi masa depan daerah’’.
Kemajuan daerah itu lahir dari ‘’pena guru’’ yang mengajari ilmu dan kecerdasan akal budi kita. Serta mendidik kesadaran cinta kemanusian kita yang penuh kelembutan jiwa, hingga menjadi manusia merdeka dan bermanfaat bagi daearah. Horace Mann, pemikir pendidikan mengatakan bahwa pendidikan merupakan penemuan terbesar manusia. Namun demikian, hanya pendidikan yang meciptakan kualitas sumber daya manusia dan masa depan daerah.
Masa depan sumber daya manusia dan daearah itu bukan ditentukan sepak terjang politik, melainkan sumber daya manusia harus di bangun melalui pendidikan yang membentuk ‘’intellectual consecience’’ atau hati nurani intelektual. Terbitnya ‘’nurani intelektual’’ itu berkat pengabdian, penelitian dan pengajaran guru yang menguat pendidikan secara aktif mengukir masa depan daerah. Yang tercermin dalam dedikasi guru dengan sikap kemuliaan, kebajikan dan keteladanan. Nilai kemuliaan, kebajikan dan keteladanan itu penguatan pendidikan karakter yang merupakan kualitas manusia.
Itulah mengapa sumber daya manusia harus dibuat manusia sendiri. Karena sumber daya manusia merupakan kualitas yang harus diproduksi oleh manusia. KH, Dewantara mengatakan bahwa pendidikan merupakan wahana pembangunan bangsa yang maju, bermartabat, sejahtera, dan merdeka lahir dan batin. Untuk itu, pendidikan harus menumbuhkan jiwa merdeka dan dapat mengatur diri sendiri.
visi pendidikan seperti ini tanggujawab pemerintah daerah dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia ke depan. Masalahnya, membangun sumber daya manusia itu tak semudah membangun proyek jalan setapak. Ia memerlukan dedikasi dan pengabdian guru untuk menumbuhkan sumber daya manusia. Modal dalam membangun sumber daya manusia dan masa depan daerah itu dari tigal hal yang mendasar di dunia pendidikan, yaitu: kecerdasan inovasi, kecerdasan analisis, dan kecerdasan berbuat.
Pertama, kecerdasan inovasi itu menuntut skills khusus, seperti keterampilan teknik dan kreativitas pengembangan teknologi dan ilmu pengtahuan. Kedua, kecerdasan analisis itu penelaran kritis untuk memahami akar masalah dan analisis masalah melalui terapan metode pembelajaran. Ketiga, kecerdasan berbuat itu lahir dari kesadaran insiatif serta kecakapan komunikasi, kerja sama dan adaptasi. Dari tiga aspek pokok mendasar ini, kuncinya ada pada guru yang setiap hari mengajar dan mendidik sumber daya manusia di dunia pendidikan.
Membangun karakter dan kemuliaan sumber daya manusia sepenuh hati, setinggi akal, dan sedalam komitmen bersama yang lahir dan batin. Dengan komitmen bersama yang lahir dan batin, demi mencapai kualitas kemanusiaan yang adil dan beradab. Harapan pendidikan semacam ini harus tumbuh dan menguat kesadaran kita di daerah. Cara menguatkan kesadaran kita tergantung pada niat luhur yang membangun manusia yang berkontribusi kepada kemajuan daerah.
Untuk itu, mari kita bangun sumber daya manusia dan masa depan daerah yang berkebudayaan, (spirit, etika dan keadaban). Dengan demikian pemetaan persoalan menjadi gambaran kita bersama untuk meningkatkan kualitas sumber manusia dan masa depan daerah di anatara lain: pendidikan, kebudayaan, dan kemajuan sosial, bukan politik yang reme teme.
Komentar