oleh

Keluhkan Debu PLTU, Warga Rum Minta Dipindahkan.

Jazirah Indonesia – Warga Kelurahan Rum Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, yang berdomisili di sekitar areal Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Rum Tidore mengeluhkan polusi debu dampak penggunaan batu bara.

Selain keinginan untuk dipindahkan, beberapa diantaranya sesalkan kehadiran PLTU ini.

Sebut saja pria bernama Riswan, warga Rum yang tinggal di sekitar PLTU Rum, mengaku kecewa atas kehadiran perusahaan ini.

Bagaimana tidak, polusi debu batubara industri pembangkit listrik ini, mengancam kehidupan dirinya dan keluarganya.

Riswan juga menyatakan kekesalan dengan sederet janji yang belum ditanggapi pihak perusahaan hingga sekarang.

Dia pun mengisahkan tentang kesehatan ibunya saat ini,  sejak ibunya memasuki usia lanjut (Lansia), dirinya melarang ibunya keluar dari rumah.

Kekhawatiran Riswan atas ibunya ini, karena pernah mengalami sesak nafas, apalagi dengan menghirup udara di luar dengan kondisi polusi seperti saat ini.

Dia dan keluarganya bersepakat untuk tinggal berjauhan dari PLTU ini. Dirinya mengaku tak lagi kuat hidup berdampingan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap.

Kendati keinginannya yang kuat untuk menjauh, namun semua itu tak mungkin terwujudkan, apalagi ditambah saat  ini dirinya terhalang dengan alasan besarnya biaya hidup, seperti halnya membeli tanah dan juga membangun rumah.

“Jadi andaikan saya mampu, saya pindah, pindah itu satu-satunya solusi,”ujarnya ketika awak media menjumpai di rumahnya (7/05/2022).

Ungkapan serupa juga datang dari Arsad, warga setempat yang juga berkeinginan keras untuk menjauh dari PLTU Rum Tidore ini.

Arsad menceritakan, semenjak PLTU beroperasi, debu dihasilkan perusahaan ini itu hampir setiap harinya berdatangan menghujani rumahnya.

Bahkan Arsad sempat mengaku bosan dengan harus membersihkan kotoran batubara menyelinap ke rumahnya setiap hari.

Selain itu, kata Dia, debu didapati berterbangan mengotori sumur warga, baginya sangat mengganggu sekaligus mengancam keselamatan warga setempat.

“Sekarang ini air sumur tidak bisa dipakai untuk minum, air yang diminum itu dibeli di depot,” Katanya, ketika awak media menyambangi rumahnya(7/05/22)

Olehnya itu, Arsad meminta kepada kedua bela pihak yakni Pemerintah Kota Tidore maupun para petinggi PLTU agar bisa menjauhkan mereka dari gempuran debu batubara dihasilkan oleh pembangkit listrik ini.

Komentar