Jazirah Indonesia – Menindaklajuti keluhan terkait dengan masalah listrik di dua Desa di Pulau Mare, Perwakilan masyarakat Desa Maregam dan Desa Marekofo melakukan pertemuan dengan Wakil Walikota Tidore Kepulauan Muhammad Sinen, di Ruang Rapat Walikota, Kamis (1/9/2022).
Pertemuan tersebut juga melibatkan Pihak PLN UP3 Ternate yang dihadiri Manajer Bidang Perencanaan UP3 Ternate Rahmat bersama Kepala PLN Tidore dan Pimpinan OPD terkait.
Dalam kesempatan tersebut dihadapan Pihak PLN UP3 Ternate dan Masyarakat Pulau mare, Wakil Walikota Tidore Kepulauan mengatakan, Persolan listrik yang ada didua Desa ini merupakan persoalan serius yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Pulaua Mare.
“Pemerintah Daerah terus berupaya agar Pulau Mare dapat merasakan listrik seperti yang dirasakan masyarakat di Kota Tidore pada umumnya, karena persoalan pengadaan mesin ini butuh waktu yang begitu lama”, Kata Muhammad Sinen.
Pemerintah Daerah lanjutnya, selalu berkoordinasi dengan pihak PLN sehingga mesin ini telah dilakukan pengadaan namun harus butuh waktu yang dipastikan sudah tidak terlalu lama ketika barang telah ada akan langsung dilaksanakan oleh pihak PLN.
Muhammad Sinen menegaskan, PLN ini merupakan Mitra Pemerintah Daerah, bukan bawahan Pemerintah namun perusahan milik Negara sehingga apapun yang menjadi permintaan dari Pemerintah daerah terkait dengan listrik akan segera dieksekusi.
Meski itu, menurutnya, persoalan listrik di Pulau mare ini kalaupun jaraknya hanya sekitar 100-200 meter dan kondisi alam yang memungkinkan kita tidak perlu menunggu terlalu lama untuk membuat Pulau mare ini menyala.
“Sehingga butuh kesabaran dari seluruh masyarakat karena tidak ada satupun Pemerintah yang memiliki niat untuk diskriminasi masyarakatnya sendiri, namun ini persoalan waktu sja,” Tandasnya.
Wakil Walikota dua periode ini juga mengajak kepada masyarakat di dua Desa Pulau mare ini agar tetap menjaga terus kondisi yang kondusif dan jangan lagi berpikir hal negatif agar semua ini dapat berjalan dengan baik dan lancar demi kesejahteraan masyarakat di Pulau mare.
“Karena ketika kita berbicara kemajuan dua Desa yang ada di Pulau mare maka mari sama-sama dengan Pemerintah Daerah untuk sama-sama berdiskusi bersama untuk kepentingan masyarakat di Pulau Mare sehingga tidak ada lagi perbedaan antara Pulau mare dengan Desa-desa lain yang ada di Kota Tidore.” kata Muhammad Sinen.
Sementara, Manajer Bagian Perencanaan UP3 Ternate Rahmat mengatakan, terkait dengan pengadaan mesin disel terdapat momerandum bagi PLN untuk tidak boleh membeli atau mengadakan mesin disel namun berkat perjuangan dari berbagai stakeholder untuk berkolaborasi sehingga pada april 2020 Wilayah induk Maluku dan Maluku Utara diberikan dispensasi bahwa yang bisa membeli mesin disel hanya untuk wilayah Maluku dan Maluku Utara.
“Jadi segala sesuatu yang dilakukan oleh PLN harus sepengetahuan dua Kementerian yakni Kementerian BUMN dan Kementerian SDM yang didukung juga dengan appropol dari kementerian keuangan karena kami ini bukan perusahaan perorangan namun kami juga butuh appropol dari Kementerian Keuangan agar ini bias berjalan,” kata Rahmat.
Rahmat juga mengatakan, tanpa masyarakat ketahui Pemerintah Daerah melalui Walikota dan Wakil Walikota ini bahwa Pulau mare merupakan atensi besar dari pihak PLN.
“Karena ini semua atas konsuldasi banyak dari Walikota dan Wakil Walikota Tidore dari awal sangat getol untuk menginginkan bagaiman caranya sehingga pulau mare ini dapat menikmati listrik namun terkendala dua tahun terahir ini kita terkendala Covid-19 sehingga pengadaan mesin disel ini terkendala oleh jarak dimana mesin tersebut belum ada didalam negeri jadi diusahakan pengadaannya dari luar negeri,” jelas Rahmat.
Rahmat juga menjelaskan, setelah dikeluarkan momerandum untuk pembelian mesin di unit induk Maluku dan Maluku Utara pada april 2020 sehingga pihak PLN telah melakukan kontrak pembeli dari sejak itu sudah dilakukan oleh pihak PLN.
Sehingga lanjutnhya, proses pengadaan melalui kontrak pembeli baru didatangkan sebagian pada oktober 2021 lalu.
“Namun terdapat 28 lokasi yang menjadi wilayah UP3 ternate termasuk pulau mare yang nasibnya sama persis dengan PLTD Mare, sehingga kami sangat konsen untuk 28 wilayah ini agar dapat menikmati listrik”, kata Dia.
Pihaknya lanjut Rahmat, tidak bisa menjanjikan kapan akan didatangkan mesin disel tersebut, yang bisa dijanjikan adalah sebelum 2024, 28 lokasi termasuk PLTD Mare ini akan dapat mearasakan listrik.
“Kami juga meminta dukungan dari seluruh masyarakat pada dua desa di Pulau mare agar dapat bekerjasama dengan kami agar semua proses ini dapat berjalan dengan lancar,” kata Rahmat.
Dalam kesempatan yang sama, Perwakilan dua Desa di Pulau Maitara yang dismpaikan oleh Kepala Desa Mare Kofo Ahmad Ayub mengatakan, terkait dengan listrik ini dari Tahun ke Tahun masyarakat Mare telah menghabiskan uang ratusan juta.
Uang dimaksud Ahmad, terpakai dari tahun ketahun yang tidak berdampak kepada yang lain hanya untuk digunakan pembayaran listrik dan hanya berdampak pada penerangan yang cuman sebatas beberapa jam sja yang mulai dari pukul 18-00 sampai dengan 00-00 WIT.
“Atas nama perwakilan masyarakat dua Desa di Pulau mare mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Walikota dan Wakil Walikota yang sangat atensi dengan penuh perhatian kepada kami masyarakat di Pulau mare sehingga terus melakukan konsulidasi dengan pihak PLN untuk kepentingan listrik yang nantinya dirasakan oleh masyarakat Pulau Mare”, kata Ahmad Ayub
Ahmad Ayub juga menambahkan, persoalan lahan yang awalnya PLN masuk di Pulau mare dalam pemasangan jaringan kabel, masyarakat Pulau Mare sangat merespon baik karena ini pertanda baik untuk dua desa yang ada di pulau ini sehingga masyarakat bisa menikmati penerangan.
“Kami berharap agar sebelum 2024 orang mare biosa menikmati listrik dan keluar dari peradaban yang gelap.” harap Ahmad.
Komentar