oleh

Kunjungi Maitara, Mendes: Desa Wisata Harus Dibangun Atas Dasar Pelestarian Lingkungan

Jazirah Indonesia – Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Abdul Halim Iskandar berkunjung ke pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan, Kamis (13/10/2022).

Kunjungan Halim di Maitara merupakan rangkaian kunjungannya di Provinsi Maluku Utara.

Kakak kandung Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar itu sebelumnya, tiba di bandara Sultan Babullah Ternate sekitar pukul 09.00 WIT, lalu menghadiri sejumlah kegitan di Ternate. Sorenya, Menteri serta rombangan bertolak ke pulau Maitara.

Di pulau Maitara, Menteri dan rombongan disambut Wali Kota Tidore Ali Ibrahim dan jajarannya, ketua komisi II DPRD Kota Tidore Kepulauan Murad Polisiri dan empat Kepala Desa di Pulau Maitara.

Dari pelabuhan, Menteri bersama rombongan diarak menggunakan Bentor (Becak Motor) ke lokasi acara tepatnya di depan gerbang wisata mangrov Desa Maitara Tengah.

“Kami sangat berterima kasih sekaligus bangga atas kesediaan gus Menteri (Halim Iskandar) untuk hadir di pulau Maitara yang memiliki empat Desa dan luas pulau 206 hektare ini,” kata Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Kota Tidore Muhlis Malagapi dalam sambutannya.

Muhlis yang merupakan Kepala Desa Maitara Tengah itu mengaku dirinya dan warga sempat terpukul ketika ada kabar Menteri batal mengunjungi Maitara. Hal itu lantaran persiapan kedatangan Menteri sudah dilakukan sejak tiga hari sebelumnya.

“Kalau dalam bahasa disini kami hampir smaput, nyaris pingsan dengar informasi kalau Gus Menteri tidak jadi datang, tapi atas izin Allah, gus Menteri bisa datang,” ungkapnya.

Muhlis lalu mengapresiasi Kementerian Desa dan PDTT atas program-program pengembangan desa hingga tersentuh ke desa-desa di pulau Maitara.

“Di depan ini (area wisata mangrov), kami berharap kedepan kementerian terus mendukung program desa wisata ini,” pintanya.

Merespon penyampaian tersebut, Halim menyampaikan salah satu ikhtiar percepatan pembangunan di desa adalah dengan adanya desa wisata.

“Membangun desa wisata jangan didasarkan pada keinginan membangun, tapi harus didasarkan pada cita-cita untuk melestarikan lingkungan,” ujar Halim.

Menurutnya, melestarikan dan menjaga lingkungan harus diutamakan, sebelum bicara mengenai desa wisata. Pengembangan desa wisata kata dia, harus melalui proses panjang dan bersandar pada budaya lokal.

“Saya yakin, ketika desa wisata dibangun dengan proses yang panjang dan berbasis budaya lokal, pasti memiliki ketahanan yang sangat luar biasa,” katanya.

Ia lantas mencontohkan wisata yang ada di Bali. Dimana alam yang menjadi obyek wisata disana terus dijaga dan orisinalnya tetap terpelihara.

“Kenapa setiap tahun orang berduyun-duyun datang ke situ tak berubah, itu karena alamnya yang indah, coba kalau alamnya rusak pasti orang nggak datang kesitu,” ucapnya.

Ia juga mengapresiasi kebersihan Desa Maitara yang dilihatnya langsung saat menuju ke lokasi acara.

“Tadi waktu saya dengan pak Wali dari pelabuhan ke sini luar biasa Desanya bersih,” katanya.

Kesempatan itu, Menteri Halim juga menandatangani prasasti wisata mangrov Desa Maitara setelah meninjau kawasan wisata tersebut.

Saat ini, pengembangan wisata mangrov di Desa Maitara Tengah sedang dibangun jembatannya dengan anggaran yang bersumber dari dana desa sebesar Rp 194 juta.