Jazirah Indonesia – Ekonomi Maluku Utara (Malut) pada triwulan I 2024 tumbuh sebesar 11,88 persen, mengalami deselarasi atau melambat dibanding periode sebelumnya.
Kendati begitu, angka ini masih tinggi dibanding Nasional dan berada di posisi ke-2 se-provinsi Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua).
“Pertumbuhan ekonomi triwulan I Malut berada nomor dua setelah Provinsi Papua sebesar 17,49 persen. Sementara Malut pertumbuhannya 11,88 persen,” ungkap Kepala Perwakilan BI Provinsi Maluku Utara, Dwi Putra Indrawan, saat Diseminasi Laporan Perekonomian dan Kajian Fiskal Regional di Kecamatan Weda, Halmahera Tengah, Kamis (18/7/2024).
Dwi memaparkan, dengan angka pertumbuhan 11,88 persen, maka PDRB (pendapatan domestik regional bruto) Maluku Utara triwulan I 2024 bernilai Rp 12,48 triliun.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan I ini menurutnya, dipengaruhi beberapa faktor, seperti adanya maintenance beberapa smelter nikel, serta momen Chinese New Year atau tahun baru Cina.
Dwi menuturkan, lapangan usaha (LU) penyumbang tingginya perekonomian Maluku Utara dari dua sisi. Secara struktural dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan menjadi LU utama sejalan dengan hilirisasi nikel, terutama di Halmahera Tengah. Kemudian disusul oleh LU pertambangan dan pertanian.
Secara struktural sisi permintaan, lanjut Dwi, yakni ekspor yang menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Maluku Utara, disusul Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan konsumsi rumah tangga.