Jazirah Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Utara mencatat ada 7 kelompok penyumbang inflasi y-on-y pada Maret 2025.
Penyebab inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks 7 kelompok pengeluaran antara lain, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,51 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 3,49 persen, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 3,81 persen.
Selanjutnya, kelompok pendidikan 2,52 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya 2,22 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,59 persen, dan kelompok kesehatan sebesar 0,41 persen.
“Kelompok pengeluaran yang memberikan andil deflasi y-on-y, yaitu kelompok transportasi sebesar 0,36 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,14 persen, dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,03 persen. Kemudian kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan tidak memberikan andil yang signifikan terhadap inflasi y-on-y,” sambung Simon.
Secara umum, Provinsi Maluku Utara mengalami inflasi year on year (y-on-y) pada Maret 2025 sebesar 2,32 persen terhadap Maret 2024, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 109,23.
BPS Maluku Utara melaporkan, Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng) sebesar 3,12 persen dengan IHK sebesar 109,78, dan di Kota Ternate sebesar 2,15 persen dengan IHK sebesar 109,11.
Perkembangan harga berbagai komoditas pada Maret 2025 secara umum di Provinsi Maluku Utara menunjukkan adanya kenaikan harga. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Maluku Utara di Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota Ternate pada Maret 2025 terjadi inflasi y-on-y sebesar 2,32 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 106,75 pada Maret 2024 menjadi 109,23.
“Tingkat inflasi month to month (m-to-m) Maret 2025 sebesar 2,65 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d), Maret 2025 terhadap Desember 2024 sebesar 0,85 persen,” ungkap Kepala BPS Provinsi Maluku Utara, Simon Sapary, dalam pers rilis di Kantor BPS, Selasa (08/4/2025).
Sementara tiga kelompok yang mengalami deflasi, yaitu kelompok transportasi sebesar 3,25 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,74 persen, dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,59 persen. Sementara kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan tidak mengalami perubahan.
“Komoditas yang dominan memberikan andil terhadap inflasi y-on-y pada Maret 2025 antara lain cabai rawit, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, tomat, sigaret kretek mesin (SKM), ikan malalugis/ikan sorihi, ikan bakar, bawang merah, ikan lolosi, ikan selar/ikan tude, cabai merah, kue kering berminyak, biskuit, sigaret putih mesin (SPM), martabak, kangkung, tarif sekolah dasar, buah naga, mobil, dan terong,” sebutnyanya.
Adapun komoditas yang dominan memberikan andil deflasi secara y-on-y antara lain, tarif listrik, angkutan udara, ikan cakalang/ikan sisik, beras, bensin, baju muslim wanita, sepatu pria, telur ayam ras, susu bubuk untuk balita, popok bayi sekali pakai, celana panjang katun pria, ketimun, deterjen cair, ketela pohon, deodorant, shampo, bayam, ikan tuna, dan baju anak stelan.
“Sementara komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m yaitu, tarif listrik, cabai rawit, ikan malalugis (ikan sorihi), ikan cakalang/ ikan sisik, ikan selar (ikan tude), bahan bakar rumah tangga, tomat, cabai merah, ikan lolosi, ikan tongkol (ikan ambu-ambu), bawang merah, ikan tuna, emas perhiasan, cakalang diawetkan, buah naga, pembalut wanita, kontrak rumah, wortel, kelapa muda, dan baju muslim pria,” terangnya.
Untuk komoditas lain yang dominan turut memberikan andil deflasi m-to-m, antara lain, angkutan udara, ketela pohon, kangkung, pisang, sawi hijau, bayam, terong, kacang panjang, sagu, bensin, ketela rambat, sagu lempeng, deodorant, dan obat gosok.