Jazirah Indonesia – Sepeda motor jenis matic yang dikendarai Fajri Yamin tampak dipenuhi lumpur. Jalur yang dilintasi pria lulusan S1 Farmasi Universitas Indonesia Timur, Kota Makassar, Sulawesi Selatan itu adalah akses jalan menuju tempat tugasnya.
Saat ini, Fajri bekerja di Puskesmas Desa Sumber Makmur, Kecamatan Gane Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
“Saya sudah satu bulan bertugas di Puskesmas Sumber Makmur,” ucap Fajri kepada Jazirah Indonesia, Ahad (12/9/2021).
Jarak dari rumahnya di Desa Kebun Raja ke Puskesmas Desa Sumber Makmur, bisa ditempuh sekira 40 menit hingga 1 jam.
“Itu kalau lumpurnya mengering. Jika hujan, bisa sampai 2 – 3 jam,” ungkap calon Apoteker tersebut.
Ia mengaku keberatan jika sudah turun hujan. “Karena lumpur semua. Seperti bukan pergi ke kantor, tapi pulang dari kebun,” katanya.
Menuju ke Puskesmas Sumber Makmur, harus melewati jalan provinsi sekira 7 kilometer, lalu masuk ke jalan kabupaten sekira 8 kilometer.
“Yang berlumpur itu jalan kabupaten, kerusakannya sekitar 500 meter, tapi itu belum dihitung yang berlubang,” ujarnya.
Jalur yang oleh warga setempat dikenal dengan sebutan Gunung Mamae itu, sulit kering lantaran tak terjangkau sinar matahari. “Selalu lembab,” katanya.
Fajri mengakui, bahwa pemerintah sudah pernah melakukan pengaspalan pada jalur tersebut.
Titiknya dimulai dari Satuan Pemukiman (SP/semacam dusun) 1 hingga SP 6. “Tapi itu sudah lama sekali,” katanya.
Hal itu diakui Asrul Lamunu, Sekretaris Front Pemuda Peduli Gane atau FP2G.
Ia menjelaskan, lokasi tersebut terdapat dua jalur. Yang pertama dibuat pada masa pemerintahan Soeharto, seiring adanya kebijakan transmigrasi.
Sedangkan jalur kedua dibuat pada tahun 2009 silam. “Jadi memang sudah lama sekali,” katanya.
Di daerah transmigrasi, terdapat 6 SP. Sedangkan lokasi jalan yang berlumpur itu, mengarah ke SP 1B.
“Jadi melalui Gunung Mamae itu, kita lewati SP 1A, SP 2B, menuju SP 2 Desa Sumber Makmur,” terangnya.
Sementara, lokasi yang berlereng itu terdapat aliran sungai. Jika tidak dibuat gorong-gorong, maka air merembes ke jalur tersebut. “Sampai kiamat pun tidak akan kering,” ketusnya.
“Kami dari FP2G sudah berulang kali menyikapi sejak di masa pemerintahan Bahrain Kasuba,” tambahnya.
Ia mengakui, bahwa Halsel di masa pemerintahan Bahrain Kasuba – Iswan Hasjim, proyek pengaspalan sempat dilakukan. Mulai dari bibir Pantai Lalubi, Desa Gurua, hingga SP 1A dan SP 1B. Termasuk lokasi jalan yang berlumpur itu.
“Tapi tidak pernah selesai, kontraktornya malah ditangkap,” katanya.
Karena sederet aspirasi tak kunjung direspon, FP2G bersama warga di tahun 2019 berinisiatif meminta sumbangan ke pengusaha setempat.
“Kami beli material, untuk pengecoran sekitar 30 meter di kawasan Gunung Mamae,” ujarnya.
Bahkan dua bulan lalu, FP2G sempat kembali menyuarakan persoalan ini ke pemerintah, yang saat ini dipimpin Usman Sidik – Bassam Kasuba.
“Mereka bilang nanti, nanti, tapi sampai sekarang tidak pernah action,” sesalnya.
Akibatnya, aktivitas transportasi pun terhambat. Terutama mobil yang mengangkut sembako hingga hasil pertanian.
“Padahal wilayah transmigrasi diandalkan sebagai lumbung pangan,” katanya.
Apalagi di Desa Sumber Makmur terdapat fasilitas kesehatan berupa Puskesmas.
“Kalau ada pasien butuh penanganan lebih lanjut, tapi kondisi jalan seperti itu, bagaimana?,” sesalnya.
Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pemda Halsel, Ali Dano Hasan.
Kepada Jazirah Indonesia, ia mengakui bahwa kondisi jalan tersebut sudah lama dikeluhkan masyarakat setempat.
“Tapi perencanaan geometrik jalan sudah dianggarkan lewat APBD tahun ini. Jumlahnya kurang lebih Rp1 miliar,” katanya.
Menurut Ali, jalur tersebut selalu diperbaiki setiap tahun. “Tapi kondisi terakhir saya belum pantau, nanti kita turun dulu baru lihat seperti apa,” ujarnya.
Rencanannya, pada 2022 mendatang akan ada peningkatan anggaran untuk proyek irigasi. Sebab Gane Timur sendiri, diproyeksikan sebagai kawasan lumbung pangan.
“Jadi untuk Gane Timur itu, akses jalan dan irigasi yang diprioritaskan,” tandasnya.
Penulis. : Nurkholis Lamaau
Editor : Nurkholis Lamaau
Komentar