Jazirah Indonesia – Granat dan amunisi yang berjumlah puluhan diserahkan Warga Desa Juanga, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara.
Penyerahan Granat dan amunisi yang diduga bekas konflik tahun 1999 itu ke Pos Satgas Yonif Raider Khusus 732/Banau, Kodam XVI Pattimura yang diterima Praka Muhammad Ali, salah satu anggota satgas, di Pos Ramil Daruba pada Minggu (6/3/2022).
Jumlah Granat yang diserahkan sebanyak 22 butir, terdiri dari granat cincin sebanyak tujuh butir dan granat tangan tipe 97 sebanyak 15 butir.
Untuk amunisi yang ikut diserahkan sebanyak lima butir, terdiri dari empat butir amunisi kaliber 7,62 mm dan satu butir amunisi 12,7 mm.
Penyerahan puluhan granat dan amunisi itu, Pangdam XVI Pattimura, Mayjen TNI Richard Tampubolon, mengapresiasi karena masyarakat secara sukarela dan kesadaran menyerahkan bahan peledak dan amunisi yang selama ini disimpan.
“Kami berterima kasih dan mengapresiasi sikap masyarakat karena telah menyerahkan senjata dan amunisi kepada kami. Hal ini tentunya tidak terlepas dari kedekatan dan kepercayaan masyarakat kepada aparat kewilayahan,” kata Richard kepada wartawan di Ambon, Senin (7/3/2022). Dilansir Kompas.com.
Menurut Richard, dalam lima bulan melaksanakan tugas, Satgas Kodim Malut Yonif RK 732/Banau telah menerima senjata rakitan laras panjang sebanyak lima pucuk.
“Tak hanya senjata rakitan, masyarakat juga menyerahkan amunisi campuran sebanyak 284 butir dengan berbagai macam kaliber serta magazen sebanyak 46 buah,” katanya.
Richard menghimbau kepada masyarakat yang masih menyimpan senjata api dan amunisi agar tidak takut dan ragu untuk menyerahkannya kepada aparat TNI, baik kepada Babinsa maupun kepada personel Satgas TNI atau bisa langsung ke kantor Koramil terdekat.
“Kami berharap dan mengimbau kepada masyarakat yang saat ini, mungkin masih memiliki senjata api maupun amunisi, agar mau menyerahkan kepada kami, kepada Babinsa, ataupun personel Satgas Koramil terdekat. Kami akan sangat berterima kasih karena bersama-sama kami telah membantu dalam menjaga keamanan dan kenyamanan serta meminimalisir hal- hal yang tidak diinginkan,” ungkapnya.
Puluhan granat dan amunisi yang diserahkan ke TNI ini diduga merupakan sisa konflik kemanusiaaan di Maluku pada tahun 1999 silam.
Ia pun mengajak anak buahnya untuk selalu melakukan pendekatan kepada masyarakat di tempat penugasan. Selain itu, ia juga mengingatkan aparat TNI untuk tetap membantu warga yang membutuhkan bantuan.
“Pelihara dan jaga kedekatan dengan masyarakat, bantu bila masyarakat mendapat kesulitan,” kata Richard mengingatkan.
Adapun senjata api, amunisi dan granat yang diserahkan masyarakat itu akan ditangani oleh satuan yang berkompeten sesuai dengan SOP yang berlaku.
Komentar