Jazirah Indonesia – Spirit dasar dalam mengelola sebuah partai modern adalah kepercayaan (trust). Partai NasDem tentunya seperti partai-partai lain punya mekanisme dalam mengusung atau mencalonkan seseorang sebagai kepala daerah.
Oleh karena itu orang harus bisa membedakan marketing politic dengan statemen politik. Dari segi marketing politic, membunyikan atau menghidupkan simbol Partai NasDem itu penting dan ini wajib bagi semua kader yang memiliki ideologi restorasi.
Ini disampaikan Sekretaris Wilayah (Sekwil) Partai NasDem Provinsi Maluku Utara, A. Malik Ibrahim kepada Jazirah Indonesia, Jumat (22/4/2022).
Malik mengatakan, secara internal dengan menimbang otentisitas kepemimpinan, pengalaman, integritas dan kecakapan manajerial, Ketua DPW NasDem Dr. Achmad Hatari sangat layak menjadi Gubernur Maluku Utara.
“Ini kita bicara marketing politic. Jangan samakan dengan statemen politik yang sifatnya camhaho tanpa indikator yang jelas,” jelas Malik.
Soal tanggapan mantan politisi Hanura, Ongen Sangaji, saya kira itu datar saja. Ibaratnya orang ngigau (tumburafo) apalagi menggunakan perspektif kacamata kuda.
Kenapa? Artinya lucu jika seorang politisi menilai berdasarkan dikotomi politik, antara layak dan tidak layaknya seseorang. Inilah yang disebut politik dikotomi.
“Janganlah kita mendikotomikan pribadi Husain Syah dan Ahmad Hatari. Dr. Achmad Hatari sebagai Anggota DPR RI unsur pimpinan Komisi XI, Wantim Partai NasDem sekaligus Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Maluku Utara. Sementara Husain Syah adalah Sultan Tidore dan Anggota DPD RI,” kata Malik
Jadi, sambungnya, soal layak dan tidaknya itu indikatornya apa? Karena Partai NasDem bukan panggung sensasi para politisi.
“Kami bukan infantile disorder (petualang politik yang tidak memiliki kapasitas membesarkan partai). Secara internal dengan melihat ekspektasi politik dan dukungan masyarakat di 10 Kab/Kota, kami yakin Achmad Hatari sangat layak menjadi Gubernur,” tambah Malik.
Dan oleh karenanya kata Dia, NasDem harus terus membangun soliditas, persaudaraan dan lebih penting dari itu adalah suasana kebatinan putra-putra terbaik Maluku Utara, dan tidak saling menjatuhkan.
“Bagi saya, Dr. Achmad Hatari, SE, M. Si dan Sultan Tidore Yang Mulia Husain Syah sangat layak memimpin Maluku Utara. Dan mereka berdua memiliki suasana kebatinan yang sama dan saling memberi respek. Untuk itu, tidak dibutuhkan gegap-gempita dan sorak-sorai dengan membuat dikotomi siapa yang lebih pantas dan tidak pantas”, tutup A. Malik Ibrahim.
Komentar