Jazirah Indonesia – Potensi terbesar pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Tidore Kepulauan salah satunya adalah pasar yang dikelola Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Perindagkop dan UKM).
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perindagkop dan UKM Kota Tidore, Selvia M. Nur saat dikonfirmasi, Selasa (1/10/2024). Menurutnya, saat ini ada 12 pasar yang dikelola pihaknya.
“Semuanya ada 12 pasar, tapi yang ada kios hanya 11 pasar, pasar Tului tidak ada kios hanya lost, yang ada kios ini jadi potensi besar PAD,” kata Selvia kepada wartawan.
Pasar-pasar tersebut yaitu pasar TTC Sarimalaha, pasar rakyat Sarimalaha, pasar rakyat Gosalaha, pasar rakyat Tugulufa di kecamatan Tidore, pasar Rum Agromarin dan pasar rakyat Rum Selawaring di kecamatan Tidore Utara.
Selanjutnya pasar rakyat Galala di Oba Utara, pasar rakyat Loleo dan pasar rakyat Lola di Oba Tengah serta pasar rakyat Marasai Gita dan pasar rakyat Payahe di Oba.
Ia mengungkapkan, hitungan real potensi pendapatan pasar tersebut dilihat dari jumlah kios, termasuk ruko maupun toko.
“Kios yang ada itu jumlahnya 510 unit, ada sekitar 400 lebih yang disewa,” katanya.
Biaya sewa kios di 11 pasar tersebut tergantung jenis bangunan, luas dan zona.
Untuk jenis ruko 3 lantai dengan luas 135 meter persegi zona A, satuan biaya sewa yaitu Rp425 per meter persegi/hari. Ruko itu berjumlah 13 unit.
Untuk ruko 2 lantai seluas 108 meter persegi di zona A dikenai biaya sewa senilai Rp425 per meter persegi/hari. Ruko ini berjumlah 13 unit
Sedangkan jenis kios lainnya rata-rata biaya sewa senilai Rp400 per meter persegi/hari.
“Dari potensi yang ada, maka target PAD kami untuk obyek pertokoan seluruh pasar itu sebesar Rp1.738.690.275,” katanya.
Ditempat yang sama, Sekretaris Dinas Perindagkop dan UKM Kota Tidore, Andi Kirana menambahkan, pada tahun ini ada sejumlah kios di pasar yang tidak disewa oleh pedagang.
“Kios yang tidak disewa itu ada di lantai 2 TTC Sarimalaha, seharusnya 110 unit, tapi yang disewa hanya 35 unit, ada 2 kios di Gita juga yang tidak disewa, ada di Payahe juga,” ungkap Kirana.
Menurutnya, minimnya pedagang menyewa kios di lantai 2 TTC Sarimalaha itu lantaran sepi pembeli. Selain itu terdapat kebocoran pada sejumlah kios.
“Alasan pertama sepi, kedua sepi, ketiga sepi lagi,” tukasnya.
Kirana mengaku, kurangnya minat pedagang menyewa kios di lantai 2 TTC Sarimalaha terus menurun.
“Semakin hari semakin berkurang, awalnya 60 unit yang terpakai (disewa), terus 45 unit, sekarang tinggal 35 unit (disewa),” terangnya.
Berkurangnya sewa sarana pasar itu diakui Kirana, berdampak pada target realisasi PAD di Dinas Perindagkop dan UKM tahun 2024.
Berdasarkan data Bapenda Kota Tidore per 31 Agustus 2024, realisasi PAD Disperindagkop dan UKM baru mencapai Rp1.291.543.781 atau 42,50 persen dari target Rp3.038.830.000.
“Memang tahun ini kami pastikan realisasi PAD tidak bisa capai target, karena hitungan real potensi, tidak semua kios di pasar itu disewa, ada yang kosong,” pungkasnya.