Oleh: Risman Tidore
(Pemerhati Public-Policy dan Civil Society)
“Solidaritas tidak ditemukan dengan refleksi tetapi diciptakan.” – Richard M. Rorty.
Banyak orang mengetahui dan mengenal Sejarah tentang Selat Capalulu, salah satu perairan yang terletak di antara Pulau Taliabu dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Maluku Utara, yang kerapkali disebut sebagai Segitiga Bermuda Indonesia.
Selat Capalulu dikenal sebagai salah satu perairan dengan arus terkuat dan misterius di dunia, dan hingga kini menempati posisi kedua setelah Segitiga Bermuda di Atlantik Utara.
Jika secara historis selat Capalulu terkenal karna menghubungkan dua wilayah kultural (pulau Taliabu dan Mangoli) , disisi lain ditempat yang sama, ada lokasi di mana menjadi tempat orang-orang berkompetisi, mengasah bakat olahraga sekaligus bersilaturahmi sesama anak negeri.
Arena Selat Capalulu, adalah sebuah nama lapangan yang dijadikan pusat penyelenggaraan Turnament olahraga bola voly DOIN Cup, terletak di desa Dofa Kecamatan Mangoli barat kepulauan sula, Maluku Utara yang tengah Fenomenal karna menyuguhkan kompetisi terbaik yang dilabeli turnament Dofa Indah Cup atau DOIN Cup.
Sejak di inisiasi oleh bapak Adnan Husen dan bersama sejumlah tokoh masyarakat dan pemuda desa Dofa akhirnya kompetisi olahraga bergengsi DOIN Cup dibentuk dan resmi bdiselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 2014. Dititik inilah semua mata orang pun mulai tertuju ke sana.
Event DOIN Cup merupakan ajang kompetisi bidang olahraga yang diikuti oleh atlet-atlet terbaik perwakilan dari berbagai latar, pelajar, komunitas dan desa di Kepulauan sula dan pulau Taliabu. Dan di arena (lapangan) Selat Capalulu inilah masing-masing atlet menunjukan kepiawainnya dengan saling berkompetisi untuk meraih prestasi dan menjadi yang terbaik.
Karena sudah menjadi “program” olahraga tahunan, pasca sukses menyelenggarakan Event yang ke X pada tahun 2024, kompetisi bergengsi yang menjadi laboratorium pencetak generasi olahraga yang berdaya-saing, tak hanya sekedar menyuguhkan pertandingan yang syarat gengsi tapi DOIN Cup juga potensial menawarkan olahraga yang bertajuk wisata bahari atau sport tourism karna lokasinya berada ditengah Selat Capalulu bercorak kan view ke pulau Taliabu.
Betapa tidak keindahan alam Mangoli barat kepulauan sula yang beragam terutama Selat Capalulu yang bisa menjadi salah satu destinasi yang menarik. Selat ini terkenal dengan keindahan laut birunya yang dikelilingi oleh bukit-bukit hijau dengan view nan eksotis.
Para pengunjung juga dapat menghabiskan waktu dengan olahraga air. Ombak di Selat Capalulu cocok untuk berbagai aktivitas air seperti berenang, snorkeling, atau sekadar menikmati keindahan laut Maluku Utara dengan perahu tradisional.
Bersatu dalam Keakraban
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa atmosfer penyelenggaraan olahraga seperti turnament DOIN Cup bagi masyarakat sula dan taliabu justru memberikan suasana harmonis dan impresif, ada ruang untuk kompetisi dan pertalian sosial disisi lainnya. Antara membangun semangat bertanding bagi para atlet sehingga menyerap energi dari penonton sebagai penikmat kompetisi.
Amazing-nya, perebutan juara terbaik Event DOIN Cup kini seakan-akan telah bermetamorfosa menjadi salah satu tournamen yang terus eksis dengan daya magis besar berskala lokal dimana ajang tournamen yang berpusat di ibu Kota Kecamatan Mangoli Barat nampak memiliki standar manajemen pengelolaan berskala nasional diperkuat pula dengan fasilitas infrastruktur lapangan berstandar internasional, disamping itu pula DOIN Cup kini menjadi poros pertemuan masyarakat lokal dalam membangun jiwa kebersamaan serta keakraban sosial.
Jika selat Capalulu memiliki magis dengan arus perairan yang kuat dan dapat menghubungkan dua daratan kultural (sula-taliabu) maka, melalui panggung Arena Selat Capalulu yang merupakan pusat perhelatan kompetisi tidak hanya sekedar menghipnotis masyarakat/penonton lewat kemampuan dan keindahan setiap pertandingan tapi juga menjadi panggung persaudaraan, panggung kebersamaan, panggung kesetaraan dan panggung prestasi, bagi sesama anak negeri.
Sungguh penyelenggaranan DOIN Cup telah menunjukkan kemajuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan magisnya. Selain itu juga menunjukkan sebuah keberhasilan dunia olahraga dalam membangun relasi sosial dimana DOIN Cup hadir sebagai media pemersatu bagi semua entitas masyarakat lokal.
Dapat kita amati bagaimana masyarakat kita yang sangat majemuk hadir berkompetisi dalam satu arena, berlawanan dengan sesama, dengan latar belakang yang berbeda-beda. Semuanya berbaur menjadi satu. Itulah indahnya olahraga. Itulah sesungguhnya magis dari DOIN Cup.
Bayangkan bagaimana olahraga berskala lokal tersebut dapat menjadi sarana pemersatu yang sangat pas bagi kemajemukan sosial. Sebab olahraga tidak hanya menjadikan tubuh menjadi sehat. Namun, olahraga dapat menumbuhkan karakter yang baik bagi seseorang seperti jujur, adil, kompetisi yang sehat, sikap gotong-royong, memiliki rasa persaudaraan yang tinggi, serta dapat membawa kesejukan, perdamaian dan harmoni dalam kehidupan sosial.
Penyelenggaraan tournament DOIN Cup kini melahirkan filosofi baru tidak hanya sekedar memperkuat narasi olahraga nasional yakni: memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Tapi justru kini menjadi ruang partisipasi masyarakat yang potensial memiliki habituasi berolahraga yang cukup baik dan dengan habituasi tersebut dapat menjadi potensi guna memenuhi kriteria kreativitas bagi generasi untuk mengembangkan talenta-talenta yang dimiliki masyarakat kini dan dimasa yang akan datang.
Nilai Ekonomi dan Sosio-kultural.
Dari kesuksesan penyelenggaraan DOIN CUP, banyak hal yang bisa kita petik hikmahnya. Satu hal yang bisa dirasakan langsung adalah multiplier effect-nya. Dampak dari penyelenggaraan event lokal ini adalah manfaat soasial dan ekonomi yang bisa dirasakan oleh masyarakat mulai dari para para atlet sampai pada tataran grass roots.
Berbagai sektor yang ada di masyarakat semua tergerak dalam mendukung acara ini. Bidang-bidang tersebut antara lain bidang UMKM, seni dan budaya, transportasi, akomodasi, kuliner, sosial media dan informasi serta yang tak kalah pentingnya adalah bidang keamanan.
Serta menumbuhkembangkan aset-aset sarana olahraga dan ekonomi kreatif sebagai wadah pengembangan talenta para generasi muda yang ada desa dofa agar tetap terpelihara dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.
Selain itu ada pesan moral yang juga bisa kita ambil sebagai pelajaran dari perhelatan DOIN Cup yang pertama kalinya menghadirkan atlet sebagai peserta dari dua wilayah yang berbeda secara administratif yang kabupaten kepulauan Sula dan Pulau Taliabu.
Semula banyak orang yang meragukan, banyak yang tidak percaya, banyak yang mengira bahwa kehadiran Event tersebut hanya bersifat sementara sebagaimana event lainnya di tingkat lokal. Namun berkat kerja keras, kerja tuntas, kerja sportivitas, kerja ikhlas, dari berbagai pihak pemangku kepentingan serta dukungan semua eleman masyarakat akhirnya terbukti bahwa DOIN Cup berhasil dilaksanakan dan menjadi event tahunan yang terprogram.
Hal ini menunjukkan adanya kesetaraan, kebersamaan dan kesamaan dalam kepentingan sosial dan budaya, serta merupakan potret persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa.
Adapun pesan sosial atas penyelenggaraan DOIN Cup bahwa pulau Mangoli dan Taliabu sedianya terpisah secara administratif pemerintahan dimana Selat Capalulu sebagai titik (batas) geografis, akan tetapi perairan Selat Capalulu akan terus mengalir memberi inspirasi bagi setiap generasi untuk “bisa melihat” bahwa, secara keseluruhan Sula dan Taliabu telah dibangun atas fondasi peradaban kultural dan modernitas yang sama.
Sebagaimana filosofi negeri senapan dengan sebutan “Hai Kau Gatel”, yang menjadi simbol kekuatan historis negeri kepulauan (sulabesi, mangoli dan Taliabu) yang terbentuk sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dan hingga kini tergambar dengan jelas dan abadi dipermukaan bumi (peta dunia).
Sukseskan DOIN Cup XI tahun 2025.
Dari Sula untuk indonesia Bisa!