Jazirah Indonesia – Pertandingan sepak bola selalu identik dengan suporter yang berjejer di tribun sambil menyanyikan yel-yel untuk menyemangati tim yang mereka dukung.
Suporter fanatik sepak bola acap kali disebut sebagai Ultras. Istilah ini berasal dari bahasa Latin yang berarti “di luar kebiasaan”. Ultras merupakan sekelompok pemuja setia yang punya fanatisme, loyalitas dan totalitas tanpa batas.
Peran suporter memanglah sangat penting. Mereka bagian yang tak terpisahkan dari salah satu olahraga tertua di dunia. Tak bisa dimungkiri, suporter merupakan elemen penting dalam sebuah pertandingan.
Keberadaan suporter kerap memberikan warna berbeda di stadion dan menambah keseruan pertandingan. Kehadiran mereka selalu dinanti pelatih dan seluruh pemain, karena suntikan semangat sang loyalis sangat menentukan hasil pertandingan.
Tak hanya bernyanyi sepanjang laga, keberadaan suporter kerap menunjukkan aksi kreatif dan menghibur.
Saat ini, sudah banyak kelompok suporter sepak bola sebuah tim atau klub yang menampilkan aksi koreografi layaknya pendukung klub di liga-liga Eropa, seperti Milanisti, suporter AC Milan di Liga Italia atau Sari Kanaryalar, suporter klub Fenerbahce di Liga Turky.
Ada juga di liga 1 Indonesia seperti Aremania dari Arema FC, Bobotoh dari Persib, dan The Superman dari Malut United.
Euforia suporter sepak bola dan keunikannya tidak hanya berlaku di kasta tertinggi sepak bola saja, tetapi menjalar hingga ke liga-liga Tarkam. Sebut saja Gurabati Open Tournament (GOT) 2025.

Meski tergolong liga Tarkam, event sepak bola di Gurabati, Tidore Kepulauan, layak diperhitungkan karena sudah menjadi agenda resmi PSSI setiap tahun. Tak sedikit para pemain lokal direkrut untuk berumput di klub-klub ternama Indonesia baik di liga 1, 2, 3 dan 4, dari kompetisi ini.
Di GOT ke-27 musim 2025, keunikan juga terlihat di tribun penonton. Para suporter tak hanya datang mendukung, namun datang dengan gaya yang unik. Beragam gaya ditunjukkan, semisal mengenakan kostum Superhero Iron Man, seperti yang ditunjukan suporter Porto FC dari Toloa.
Iron Man (manusia besi) adalah salah satu tokoh fiksi superhero di film Hollywood karya Marvel, yang menginspirasi The Iron Mania, julukan suporter Porto FC. Penamaan The Iron Mania sebagai suporter Porto FC diadopsi dari tokoh Iron Man (manusia besi) yang berkaitan erat dengan budaya kampung Toloa sebagai kampung pandai besi. Tak ayal, kostum inilah menjadi maskot suporter garis keras Porto FC.

Sebutan The Iron Mania kali pertama digunakan pada event GOT 2023 lalu, kala Porto tampil perdana setelah lama tenggelam di kompetisi ini sejak 90-an dan tahun 2000-an silam.
Selain bergaya nyeleneh, The Iron Mania juga membawa spanduk atau banner dengan tulisan berisi kata-kata unik, ‘Forza Porto’. Hal ini tentunya untuk memberikan semangat kepada tim kebanggaan.
Biasanya kata-kata suporter tersebut mengandung kritikan, menyemangati para pemain yang sedang bertanding, atau memberi tekanan ke tim lawan.
Meski sederhana namun pesan koreografi The Iron Mania, mampu menciptakan atmosfer mendalam di setiap laga yang dilakoni Porto FC. Buktinya, tim yang bermarkas di Stadion Biji Negara itu sukses melibas dua lawannya di babak penyisihan grup F, dan Soasio Remaja di fase knock out, menuju 8 besar GOT 2025.
Selain dihuni pemain anyar dan berpengalaman di Liga Indonesia dan mantan pemain Timnas Zulham Malik Zamrun, kesuksesan tersebut juga tak terlepas dari dukungan The Iron Mania lewat teror psikologis kepada tim lawan melalui yel-yel dan aksi koreo-nya.
Cerita tentang koreografi dan tulisan-tulisan banner, Papin, salah satu The Iron Mania saat dihubungi media ini mengatakan, bahwa proses pengerjaan dari koreo ini semuanya dikerjakan atas inisiatif para suporter.

Papin mengungkapkan, pesan yang tersirat dalam desain tersebut menggambarkan kondisi sepak bola saat ini dan dukungan mereka terhadap Porto FC. Bahkan kreasi tersebut selalu tampil beda serta memberikan corak terbaik di tribun lapangan Gurabati.
Uniknya, desain koreografi dan tulisan banner The Iron Mania dilakukan dengan manual tanpa bantuan alat khusus. Pembuatannya cukup sederhana, digambar secara manual diatas kain tanpa mesin printing. Adalah Onter, designer dibelakang koreografi tersebut. “Ini dicat langsung, bukan pakai mesin printing,” kata Papin, Rabu, 30 April 2025.
Punya kans di mata suporter sepak bola di Tidore Kepulauan, ternyata The Iron Mania juga konsisten terhadap lingkungan. Budaya memungut sampah di tribun dan lapangan menjadi tradisi tersendiri The Iron Mania usai tim kebanggaan mereka bertanding.

Usai pertandingan, The Iron Mania seperti biasa langsung membuka kantong sampah yang sudah dibawa mereka untuk membersihkan tribun stadion. Kebiasaan ini bukan pertama kali dilakukan, namun sudah ada sejak 2023 lalu.
Tak sedikit foto aksi memungut sampah The Iron Mania di stadion Gurabati berseliweran di media sosial. Aksi tersebut menuai banyak pujian dari warganet. ***