Jazirah Indonesia – Ketua Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kota Tidore Kepulauan, Hj. Rahmawati Muhammad Sinen mengatakan, pencegahan kekerasan terhadap perempuan, tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Setiap tahunnya selalu ada kasus kekerasan terhadap perempuan dengan berbagai kategori.
Untuk megatasinya diakuinya memang berat, tetapi sebagai perempuan dan manusia yang memiliki hati, ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, upaya pencegahan mesti terus dilakukan.
Ini disampaikan Hj. Rahmawati saat menyampaikan materi pada kegiatan Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan di Lingkup Pemerintah Kota Tidore Kepulauan yang digelar oleh Dinas P2KBP3A, di Aula SMK N 1 Tidore, Selasa (22/7/2025).
“Sebagai Ketua Pusat Pembelajaran Keluarga atau Puspaga Kota Tidore, kami berharap kegiatan seperti ini ada keseimbangan antara peserta laki-laki dan perempuan, ” ucapnya.
Hal itu menurutnya, yang harus mendengar lebih banyak adalah kaum laki-laki, sebab resiko kekerasan terhadap perempuan pada umumnya 99% dialami oleh perempuan yang dilakukan oleh laki-laki.
Rahmawati mengatakan, setiap tahun selalu saja ada kasus kekerasan terhadap perempuan, dan kegiatan sosialisasi seperti ini selalu menghadirkan kaum perempuan.
Dia berharap kegiatan ini memberikan pemahaman kepada kaum perempuan, jika terjadi kekerasan dimanapun berada, sudah dan itu sudah diluar batas kewajaran, maka harus dilawan.
“Namun demikian, ada juga hal-hal yang masih wajar untuk dibicarakan agar dapat saling memahami, seperti masalah pada umumnya dialami oleh yang sudah berumah tangga. Jika masih bisa diselesaikan dengan cara yang baik, maka selesaikanlah, jangan terburu-buru mengambil keputusan, karena selain sebagai perempuan, kita juga sebagai orang tua,” imbuhnya.
Hj Rahmawati yang juga Ketua TP PKK Kota Tidore ini menambahkan, menjadi perempuan hebat itu tidak gampang, menjadi orang tua hebat juga tidak gampang.
“Perempuan hebat adalah perempuan yang mampu berpikir jauh kedepan, karakter sebagai orang tua hebat itulah yang nantinya kita wariskan kepada anak-anak kita,” tambahnya.
Menurutnya, tentang kekerasan terhadap perempuan di ruang lingkup kerja, Rahmawati mengatakan, tidak bisa dipungkiri bahwa seringkali kekerasan di ruang lingkup kerja, terutama para ASN, ada namun jarang sekali melapor.
Padahal sambungnya, secara verbal saja, dan kekerasan tersebut beragam, ada yang sebatas kata-kata itu juga sudah termasuk pelecehan, namun jarang sekali melapor.
Hj. Rahmawati berharap berharap, melalui Dinas terkait seperti P2KBP3A, kedepannya ada tim atau semacam forum kecil yang menjadi wadah untuk tempat bercerita bagi para perempuan yang mengalami kekerasan di ruang lingkup kerja.
“Wadah tersebut juga menjamin kerahasiaan korban hingga proses penyelesaian masalah, agar perempuan merasa aman,” tutupnya.







