Jazirah Indonesia – Gelombang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) kian nyata mengubah peta dunia kerja global. Di tengah kekhawatiran hilangnya jutaan lapangan pekerjaan, Yoshua Bengio—tokoh yang dikenal sebagai “Bapak AI”—justru mengingatkan manusia untuk kembali memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.
Bengio menilai bahwa di masa depan manusia tidak lagi cukup hanya mengandalkan keterampilan teknis. Sebaliknya, kualitas kemanusiaan justru akan menjadi aspek terpenting yang perlu dikembangkan sejak dini. Pandangan tersebut, menurutnya, adalah nasihat yang akan ia sampaikan kepada cucunya yang kini berusia empat tahun.
“Fokuslah membentuk diri menjadi manusia yang indah. Saya pikir bagian dari diri kita itu akan tetap bertahan meskipun mesin dapat melakukan sebagian besar pekerjaan,” ujar Bengio dalam podcast The Diary of a CEO yang dipandu Steven Bartlett, dikutip dari Business Insider, Selasa (23/12/2025).
Dalam episode berdurasi lebih dari satu jam itu, Bengio memprediksi adopsi AI oleh perusahaan akan terus meningkat. Ia meyakini teknologi tersebut pada akhirnya mampu mengambil alih sebagian besar pekerjaan berbasis komputer yang saat ini dikerjakan manusia di balik layar.
Menurutnya, hanya soal waktu sebelum pekerjaan berbasis pengetahuan terdampak secara signifikan. Namun, untuk pekerjaan fisik seperti tukang ledeng atau teknisi lapangan, Bengio menilai proses otomatisasinya akan berjalan lebih lambat, meskipun tetap berpotensi digantikan robot di masa depan.
Meski demikian, Bengio menekankan bahwa ada aspek manusia yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh mesin. Nilai-nilai seperti empati, tanggung jawab, serta kepuasan dalam membantu dan berkontribusi bagi kesejahteraan orang lain justru akan semakin bernilai di tengah dominasi teknologi.
“Jika saya berada di rumah sakit, saya ingin ada manusia yang memegang tangan saya ketika saya cemas atau kesakitan. Sentuhan manusia, menurut saya, akan semakin berharga seiring semakin banyak keterampilan lain yang diotomatisasi,” katanya.
Bersama Geoffrey Hinton dan Yann LeCun, Bengio dikenal sebagai pelopor riset pembelajaran mendalam (deep learning) dan jaringan saraf (neural networks) yang menjadi fondasi AI modern. Saat ini, ia menjabat sebagai profesor di Departemen Ilmu Komputer dan Riset Operasi Université de Montréal.
Pada Juni lalu, Bengio juga meluncurkan lembaga riset keselamatan AI nirlaba bernama LawZero. Melalui situs resminya, organisasi tersebut bertujuan mengurangi risiko serta perilaku berbahaya dari sistem AI agenik, termasuk potensi penipuan.
Pandangan Bengio sejalan dengan pernyataan dua “Bapak AI” lainnya. Dalam episode Diary of a CEO pada Juni 2025, Geoffrey Hinton menyebut bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menekuni pekerjaan fisik seperti tukang ledeng karena relatif aman dari disrupsi AI dalam jangka panjang.
Sementara itu, Yann LeCun awal bulan ini mengatakan kepada Business Insider bahwa mahasiswa ilmu komputer sebaiknya memprioritaskan mata kuliah dasar seperti matematika dan fisika, ketimbang sekadar mengikuti tren teknologi yang cepat berubah.








![Kristian Wuisan saat sidang uputusan kasus OTT KPK di PN Ternate. [Foto. Ist.]](https://jazirah.id/wp-content/uploads/2024/05/8-300x178.jpg)
![Stevi Thomas saat menjalani Sidang Putusan OTT KPK di Pengadilan Negeri Ternate. [Foto Ist.]](https://jazirah.id/wp-content/uploads/2024/05/7-300x178.jpg)

