Jazirah Indonesia – Di tengah kesibukannya sebagai direktur PT Sumber Daya Uli Siwa dan menjalani bisnisnya di Cenderawasih Group di Jakarta, Samaun Dahlan, S. Sos, M.AP, dipercayakan masyarakat di kampungnya untuk memegang kendali panitia mewujudkan impian bersama yakni memiliki bangunan baru Masjid Nuruttarbiyah.
Samaun yang familiar disapa Maun ini menyatakan bersyukur karena berkesempatan bersama masyarakat di kampungnya, Tongowai Tidore, berupaya mewujudkan impian memiliki suatu Masjid yang representatif dan diandalkan.
Karena baginya, merasa kurang dengan apa yang diperbuatnya selama puluhan tahun hidupnya di Papua, jika tidak untuk di tanah kelahirannya sendiri.
“Disini (Tongowai) adalah tanah kelahiran saya, olehnya saya bersyukur sekali berkesempatan bersama masyarakat bangun Masjid di kampung halaman sendiri”, kata Maun kepada wartawan usai ceremony peletakan batu pertama Masjid Nurrutarbiyah di Kelurahan Tongowai, Jumat (15/10/2022).
Baca juga: Peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid Nuruttarbiyah Tongowai Tidore
Pembangunan Masjid Nuruttarbiyah yang membutuhkan dana kurang lebih Rp 8 Milyar ini, terbilang tidak sedikit, namun Dia merasa optimis bersama masyarakat Tongowai dan dukungan semua pihak akan menyelesaikan Masjid ini dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
“Niat saya sama-sama dengan masyarakat Tongowai ini adalah untuk memiliki satu Masjid yang bagus, dan insya Allah selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama”, kata Maun.
Pria yang sudah kurang lebih 32 tahun merantau di Papua ini, banyak berkontribusi disana. Dia pun menceritakan inisiatif membangun Masjid ketika 10 tahun menjabat sebagai Kepala Dinas PUPR2KP Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Dimana disebutkannya, sebanyak 1 sampai 2 Masjid dibangun setiap tahunnya dengan menggunakan APBD. Termasuk Masjid Agung Baitul Makmur Fak-fak di masa Bupati Dr. Mohammad Uswannus.
Kebijakan semacam itu diambil dengan gambaran yang dijelaskannya bahwa untuk menunggu sumbangan masyarakat dipikirkan akan menghabiskan waktu yang lama untuk membangun sebuah Masjid.
“Jika masyarakat berpartisipasi misalnya 1 atau dua sak semen untuk bangun masjid itu lama, jadi kita mengambil inisiatif untuk membangun dengan APBD,” kata Maun menceritakan pengalaman bangun Masjid di Papua.
Olehnya bagi Maun, merupakan kesempatan bersama dengan masyarakat di kampung kelahirannya untuk saling curah pikiran dan konsep untuk menghadirkan Masjid yang menjadi impian bersama.
“Di negeri orang saya bisa berbuat banyak, sementara untuk tanah kelahiran saya kemudian tidak bisa, itu sangat naif bagi saya,”tuturnya.
Dia memaparkan, Masjid Nurttarbiyah Tongowai dibangun diatas lahan seluas 3.750 m2, dengan bangunan utama Masjid berukuran 30 x 28 M.
Masjid ini tidak saja menjadi tujuan ibadah khusus, tetapi juga mendukung kegiatan sosial keagamaan lainnya di Kota Tidore.
Olehnya, setelah target bangunan utama selesai, akan dibangun juga ruang serba guna untuk target jangka panjang.
“Harapan masyarakat, Masjid yang dibangun ini, selain menjadi tempat ibadah yang nyaman, juga diharapkan mendukung kegiatan sosial lainnya di Kota Tidore Kepulauan,” tutur Samaun.
Tanah seluas ini, sebelumnya telah dilakukan pembebasan melalui tukar menukar wakaf dan jual beli.
Dalam tukar menukar lahan, lanjut Samaun, telah dibangun satu unit rumah permanen dengan ukuran 11×10,5 m2 dan , dan 1 unit fondasi rumah.
“Seluruh masyarakat Tongowai antusias dan bahu membahu melakukan persiapan ini,” ucap Samaun.
Selaku ketua Panitia, Maun berterima kasih kepada masyarakat yang telah rela memberikan tanahnya untuk pembangunan Masjid ini.
Sedangkan sumber dana pembangunan Masjid Nuruttarbiyah disebutkannya berasal dari kas Nuruttarbiyah, sumbangan masyarakat dan keluarga besar Tongowai, infaq dan sadakah serta sumber lain yang halal dan tidak mengikat.
Untuk itu, atas nama panitia, Samaun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan materil dan pikiran sehingga tahapan awal pembangunan masjid Nuruttarbiyah dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
“Berapapun partisipasinya, kita tidak boleh melihat dari jumlahnya, yang terpenting ada kesungguhan dari kita semua untuk membangun Masjid ini,” kata Maun.
Selain kontribusi dari seluruh masyarakat Tongowai, putra asal kelurahan Tongowai juga disebutkannya mempunyai peranan penting dalam pembangunan Masjid Nurruttarbiyah ini yakni, Muhammad Hasan Bay (MHB).
Diketahui, proses awal perencanaan pembangunan Masjid, banyak yang dia (Samaun) sumbangkan, termasuk proses pembebasan lahan lokasi Masjid Nuruttarbiyah.
Belakangan diketahui, Maun juga bersadaqah atas nama kedua orang tuanya yang sudah meninggal yakni sebesar Rp 160 juta untuk pembangunan Masjid Nuruttarbiyah Tongowai.
Komentar