In Memoriam: Ummi, Dofa dan Keabadian

Oleh : Risman Tidore

 

Innalillahi Waa Inna Illaihi Roji’un

Dengan rasa duka yang dalam dan penuh penghormatan, kami mengabarkan bahwa Ummi, Jiddah, Hababa Hj. Alwiyah Binti Saleh Balfas, Orang tua yang kami hormati, telah berpulang untuk selamanya pada ahad, (04/05/2025).

Beliau menghadap Sang Pencipta di Rumah Sakit (RS) UMI Bogor, Jawa Barat, pada pukul 11.20 WIB, dengan dikelilingi keluarga yang mengasihinya yaitu keluarga besar Adnan Husein Balfas, ponakan beserta teman dan kerabatnya.

Dan dihari yang sama pula, Jenazah Ummi pun dimakamkan bertempat di dekat halaman rumah    keluarga, Perbatasan Cibubur dan Cimanggis Kota Depok Jawa Barat, dengan meninggalkan enam orang putra dan putri serta cucunya.

Ada satu momentum yang tak terlewatkan di sisa akhir hidupnya, Ummi Dan memorinya tentang kampung halaman tercinta, Dofa Indah dan Kepulauan Sula-merupakan tempat yang selalu disebut dalam pesan-pesan terakhirnya sebelum menghadapi sakratul maut.

Dengan wafatnya Almarhumah, tentu semua orang yang mengenal merasa kehilangan mengalami kesedihan yang amat mendalam. Dan tentunya sebagai umat muslim, kematian setiap manusia merupakan alarm, sebagaimana sabda Nabi SAW; “Cukuplah kematian menjadi pengingat terbaik”.

Pesan Nabi SAW tersebut tentu mengandung hikmah penting dalam kehidupan kita. Sebab Kematian memang seharusnya menjadi pengingat utama bagi manusia untuk senantiasa berbekal-mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

Dengan demikian, kematian seorang banyak memberikan pembelajaran. Menyadarkan kita bahwa setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Dan hendaknya dari setiap peristiwa kematian dijadikan sebagai alarm pengingat diri bahwa hanya akhiratlah tempat kembali.

Ummi, demikian sapaan akrab Almarhumah Alwiyah Binti Saleh Balfas yang familiar bagi masyarakat Maluku Utara khususnya keluarga dan kerabat di Mangoli dan Kepulauan Sula. Lahir pada tanggal 31 Desember 1925 di pohea, Kecamatan sanana kala itu.

Dalam perjalanan hidupnya, sejak beranjak usia 10 tahun, Ummi dan keluarganya berhijrah ke desa dofa, kecamatan Mangoli Barat kabupaten Kepulauan Sula. Dan seiring berjalannya waktu, tepatnya pada tahun 1970, Ummi dan Keluarga pun akhirnya berhijrah ke Ibu Kota Jakarta hingga akhir hidupnya.

Di usia yang menua, Ummi senantiasa hadir dengan semangat cinta kepada negeri kepulauan sula, kecintaannya yang tulus kepada daerah kelahirannya didedikasikan sepenuh hati dengan turut andil dalam gelaran Event VollyBall Dofa Indah selaku penasehat event dan hadir untuk pertama kalinya di Event DOIN CUP – II pada tahun 2014.

Ummi merupakan potret orang tua yang Genius, memiliki daya ingat (memori) yang factual. Insting keingintahuanya patut diapresiasi. Di usianya yang tak lazim mampu mendiskripsikan setiap tempat dan waktu dimana ia kenal. Kemurniannya dalam mengingat setiap detail informasi masa lalu pun survive tak sedikitpun terlewatkan oleh ruang dan waktu.

Bahkan, semangat kecintaannya tentang sula pun kontras dengan usianya. Lantaran di usia senjanya, tidak sedikit pun terlihat semangat beliau yang memudar. Ia tetap mengibarkan spirit seperti di masa muda dengan konsisten hadir membersamai event tahunan tersebut bahkan direncanakan Ummi akan kembali ke Dofa, Kepulauan Sula untuk menghadiri Event DOIN CUP-XI tahun 2025, pada juni mendatang.

Time is everything. Bagi Ummi, Dofa dan Kepulauan Sula adalah kenangan. Kehadirannya di momentum gelaran DOIN Cup di Desa Dofa dari tahun ke tahun tidak lebih dari sekedar come back home, ada suasana spesial yang tak sedetikpun dilewatkan, ada keabadian yang terus menerus memuaskan bathinnya, kembali untuk mengupdate serangkaian kehidupan masa lalu ke masa depan.

Tidak sekedar itu, kecintaannya terhadap negeri kelahiran membangkitkan jiwa solidaritas dan spirit kemanusiaannya. Sosok bersahaja ditengah usia yang menua, namun tak pernah menunda dalam hal sosial dan kemanusiaan. Sikap Kepedulian dan rasa kasih bagi sesama menjadi semacam “filantropi sosial” tersendiri di berbagai momentum. Sentuhannya membekas dan membebaskan.

Di sebuah kutipan, Syeikh Muhammad Syeikh Al-Ghazali dalam As-Sunnah An-Nabawiyyah Baina ahl al-Fiqh wa ahl al-Hadits mengatakan;

“Seorang ibu adalah semilir angin sejuk yang menghembuskan nafas kedamaian dan kasih sayang ke seluruh ruang kehidupan. Ia sangat berpengaruh dalam pembentukan manusia yang baik”.

Dan dalam pesan agama, akhir hidup seseorang mengiringi dan mengikuti kebiasaan selama hidupnya. Dan Umi Alwiyah Binti Saleh Balfas sang perempuan hebat ini, di sebuah kisah yang abadi, telah menemukan jalannya dalam suasana khusuk dan damai.

Setelah beberapa hari terbaring (sakit) di ruang ICU RS. UMI Bogor, Jawa Barat, Allah pun telah berkehendak, memanggilnya dalam kedamaian. Kini perempuan hebat itu telah pergi, menjajaki kembali Jalan dari buah kebaikan dan paripurna

Mari kita berdoa dengan tulus hati, semoga Almarhumah wafat dalam keadaan husnul khotimah dan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Allahumagfirlaha warhamaha wafiha wafianha.

Selamat Jalan Ummi. 🙏