Lespermata Gelar Webinar ‘Hilirisasi Minerba dan Tenaga Kerja Lokal’

Jazirah Indonesia – Lembaga Study Pengembangan Masyarakat Tambang (Lespermata), melakukan kegiatan Webinar dengan tema Kewajiban Hilirisasi Minerba dan Peluang Tenaga Kerja Lokal di Maluku Utara.

Webinar yang digelat pada Rabu (8/23) mengundang tiga narasumber yakni Direktur Hilirisasi Minerba Kementrian Investasi dan BKPM, Hasyim Daeng Barang, Direktur Pengembangan Usaha PT.Antam Tbk, Dolok Robert Silaban dan Akademisi Unkhair Ternate Dr. Mocktar Adam.

Direktur Lespermata Masgul Abdullah mengatakan, ekploitasi sektor pertambangan menuju hilirisasi sangat masif di Maluku Utara, hal ini perlu menjadi perhatian semua elemen, agar kegiatan hilirisasi memberikan dampak positif kepada masyarakat.

“Kegiatan Webinar ini adalah bagian dari keterbukaan informasi agar masyarakat tau perkembangan kegiatan hilirisasi di Maluku Utara, “ tutur Masgul.

Direktur Hilirisasi Minerba Kementrian Investasi dan BKPM Hasyim Daeng Barang, pada pemaparannya mengatakan, sesuai RPJMN pada tahun 2022 target investasi sebesar 1.200 Triliun dan realisasi sebesar 1.207,2 Triliun dengan penyerapan tenaga kerja 1.305.001 orang.

Untuk sumber investasi kata Hasyim, pada tahun 2  022 didominasi oleh Penanaman Modal Asin (PMA) sebesar 654.4 Triliun (54,2%), sedangkan penanaman dalam negeri (PMDN), sebesar 552.8 Triliun (49.6%).

Jumlah investasi tersebut disebutkannya, lebih besar terdistribusi pada luar jawa 636.2 T (54.1%) dan Jawa sebesar 570,9 T (47.3 %).

Dari jumlah tersebut lanjut Hasym, sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatan berkontribusi paling terbesar untuk PMA (U$$ 11.0 M), sedangkan sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi memiliki kontribusi besar untuk PMDN (Rp75.1 T).

Maluku utara kata Hasyim, berada pada urutan ke tujuh untuk pringkat investasi sebesar Rp. 67.4 T, namun untuk tingkat penyebaran, Maluku Utara berada pada peringkat ke tiga untuk PMN sebesar U$$ 4.4 M.

Dimana realisasi investasi untuk sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatan dan pertambangan sebesar U$ 3.9 M.

Sementara Direktur pengembangan Usaha PT. Antam Tbk Dolok Robert Silaban pada kesempatan pemaparan kedua mengatakan, sebelum industri batrey berbasis nikel bergeliat, Antam berfikir industri nikel ini hilirisasinya mengarah ke stailistil.

Namun saat ini lanjut Dolok, arah pengembangan hilirisasi Antam menuju ke batrei berbasis nikel.

Hal ini dilakukan untuk mendukung kebijakan pemerintah dan menjawab tantangan lingkungan tentang penurunan efek rumah kaca yang saat ini menjadi masalah Global, dimana sektor tranportasi menghasilkan 23% emisi gas CO2.

Pada masa yang akan datang kata Dolok, tren otomotif global menunjukan permintaan Electric Vehicle (BEV) semakin tinggi. Ini adalah pasar potensial, sehingga menjadi target Antam dan MIN ID untuk memproduksi batrey berbasis Nikel.

Sambungnya, pengembangan hilirisasi idustri bateray Antam dari Nikel ore hingga bateray Recycling rencananya akan dilakukan di Halmahera Timur bersama mitra bisnis Antam yakni LG dan CATL.

Dan untuk mendukung industri yang akan dibangun oleh Antam dan afiasinya, direncanakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 27 ribu orang yang bekerja pada industri yang akan dibangun.

“Baik dari sektor pertambangan, bateray cell hingga bateray Recycling, namum penyerapan tenaga kerja tersebut belum dilakukan dalam waktu dekat, kata lelaki berdara Batak ini,” ujar Dolok.

Sedangkan Dr. Moctar Adam, lelaki yang saat ini mengajar di Universitas Khairun Ternate ini menyoal angka-angka realisasi investasi dan rencana pengembangan investasi yang disampaikan kedua narasumber sebelumnya.

Mochtar mengatakan, apa yang disajikan kedua narasumber sebelumnya berbanding terbalik dengan realitas di lapangan dimana angka kemiskinan menumpuk di Hateng dan Haltim yang menjadi daerah penghasil Tambang.

“Miskin dan sejahteranya masyarakatnya tidak tergantung invetasi tambang, namun pergerakan harga komiditas lokal seperti kopra menentukan naik turunya angka kemiskinan,” ujar Mochtar.

Karena itu lanjutnya, ia menyarankan perlu adanya merumuskan kebijakan ekonomi yang inklusif, yakni menjadikan Invetasi tambang dengan invetasi kopra terkoneksi dalam satu skema bisnis.

Menurut dia, kelapa adalah bahan baku sama seperti nikel ore, sehingga kedua komuditas ini dapat dihilirisasi bersama. Jika hal ini dapat dilakukan, maka penyerapan tenaga kerja sangat tinggi karena di maluku utara 80 persen masyarakatnya bertumpuk pada sektor Pertanian.

Moctar juga mengatakan wajar jika realisasi investasi menjadi meningkat tanjam, karema pemerintah memberikan insentif yang berlebihan.

“Misalnya ekspor feronikel biaya keluarnya nol persen sedangkan komuditas lain seperti ikan terdapat biaya keluar ”jelas Mochtar.

Webinar ini diikuti oleh enam puluh lebih peserta dan dimulai pada pukul 14.30 sampai pukul 16.30 WIT dipimpin oleh Direktur Lespermata Masgul Abdullah sebagai moderator.

banner 1100x500

Komentar