Jazirah Indonesia – Pemerintah Provinsi Maluku Utara (Malut) menargetkan kasus stunting di daerah ini akan mengalami penurunan di angka 14 persen pada tahun 2024 nanti.
Wakil Gubernur Maluku Utara, M. Al Yasim Ali mengatakan, untuk mewujudkan target tersebut, pemerintah baik provinsi maupun kabupaten/kota harus berkolaborasi dan berkomitmen menurunkan angka stunting di setiap daerah.
“Pemerintah daerah harus berkomitmen untuk membebaskan generasi muda dari stunting. Untuk Maluku Utara sendiri prevelensi stunting dari 26,1 persen ditargetkan turun menjadi 14 persen sebelum tahun 2024 nanti,” kata Wagub Al Yasin Ali, Kamis (23/2/2023), di Ternate.
Sementara itu, menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Maluku Utara mencapai 26,1 persen pada tahun 2022 dibanding dengan tahun 2021 yang mencapai 27,5 persen. Meski menurun 1,4 persen, namun secara keseluruhan, Maluku Utara menempati urutan ke 12 tertinggi secara nasional.
Adapun data yang bersumber dari BKKBN Kantor Perwakilan Provinsi Maluku Utara menurut kabupaten/kota per tahun 2022, angka prevalensi stunting di Maluku Utara yang tertinggi adalah Kabupaten Taliabu yaitu 35,2 persen, disusul Halmahera Selatan (Halsel) sebesar 33,7 persen, Halmahera Timur (Haltim) sebesar 32,7 persen, Halmahera Utara (Halut) sebesar 30,5 persen, kemudian Halmahera Barat (Halbar) sebesar 30 persen.
Sedangkan terendah yaitu Kota Ternate dengan angka prevalensi sebesar 24 persen, Halmahera Tengah (Halteng) sebesar 29,1 persen, Pulau Morotai sebesar 28,3 persen, Kepulauan Sula (Kepsul) sebesar 27,7 persen dan Kepulauan Tidore (Tikep) sebesar 25,1 persen.
Terpisah, Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo, yang juga Ketua pelaksana percepatan penurunan stunting nasional kepada wartawan di Ternate kemarin menyampaikan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, untuk mempercepat penurunan stunting, yang perlu diperhatikan adalah kualiatas keluarga dan kualitas SDM. Ini menjadi kunci bagi negara untuk berkompetisi, bersaing dengan negara-negara lain.
Kata Hasto, jumlah penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh generasi muda yang baru berkeluarga dan akan berkeluarga tahun 2025-2035 adalah puncak bonus demografi.
Menurutnya keluarga harus mengubah mindset dalam mengasuh dan memberi asupan gizi bagi balitanya, tidak perlu mahal karena banyak sumber pangan di lingkungan, asupan satu telur satu hari cukup untuk memenuhi protein hewani anak-anak di fase 1.000 hari pertama kehidupan.
“Tren dan target penurunan angka stunting di indonesia tahun 2020-2024, laju penurunan stunting per tahun menuju pada angka 14 persen, di tahun 2024 yakni 3,4 persen. Penurunan angka stunting 5 tahun lalu di angka 37 persen sudah turun menjadi 27,6 persen di tahun 2019, target di tahun 2024 nanti itu 14 persen, dan telah di desain dengan anggaran dan programnya,” jelas Hasto.
Selain itu, penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi juga diperlukan oleh pemerintah dalam mengukur prevelensi stunting. “Begitu juga sinergisitas semua pihak baik kementerian, pemda, TNI/Polri, Nakes dan pihak swasta juga diperlukan dalam percepatan penurunan stunting ini,” pungkasnya.
Komentar