Jazirah Indonesia – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan di Cina semakin pesat dan kini memasuki babak baru dengan kehadiran robot humanoid yang telah diterapkan di berbagai sektor industri secara masif.
Tidak lagi sekadar prototipe pameran, robot-robot canggih buatan perusahaan teknologi Tiongkok kini aktif bekerja di pabrik, rumah sakit, perkantoran, bahkan di sektor pendidikan dan militer.
Perusahaan seperti Fourier Intelligence, UBTech Robotics, dan Xiaomi Robotics Lab menjadi pionir dalam mengembangkan humanoid yang mampu meniru gerakan dan perilaku manusia dengan presisi tinggi.
Robot-robot ini tidak hanya mampu berjalan, berbicara, dan merespons perintah suara, tapi juga dapat melakukan pekerjaan teknis seperti perakitan elektronik, perawatan pasien, pengawasan, dan layanan pelanggan.
Baca juga: Waspada, 4 Aplikasi Android Berbahaya
Dari Pabrik hingga Rumah Sakit
Di sektor manufaktur, humanoid seperti GR-1 milik Fourier Intelligence telah menggantikan beberapa fungsi pekerja manusia dalam lini produksi berkat kecepatannya yang stabil dan tingkat kesalahan yang rendah. Robot ini mampu mengangkat beban hingga 50 kg dan bekerja tanpa henti selama 24 jam.
Di dunia medis, robot humanoid digunakan untuk membantu perawat dan dokter dalam tugas-tugas seperti mengantar obat, melakukan pemeriksaan rutin, hingga menemani pasien lansia.
Rumah sakit di kota-kota besar seperti Shanghai dan Shenzhen mulai mengintegrasikan humanoid sebagai bagian dari sistem pelayanan mereka.
Pendidikan dan Layanan Publik
Di bidang pendidikan, beberapa sekolah eksperimental di Beijing telah memperkenalkan robot guru yang mengajarkan bahasa asing dan matematika kepada anak-anak. Robot ini diprogram dengan kemampuan adaptif untuk menyesuaikan metode pengajaran berdasarkan karakter siswa.
Sementara itu, sektor pelayanan publik juga mulai memanfaatkan robot humanoid sebagai resepsionis digital, pemandu museum, dan petugas informasi di stasiun transportasi umum.
Dengan integrasi AI berbasis bahasa alami, mereka mampu menjawab pertanyaan warga secara akurat dan sopan.
Dampak Sosial dan Tantangan Etika
Meski membawa efisiensi tinggi dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia di beberapa sektor, adopsi massal robot humanoid menimbulkan pertanyaan serius tentang lapangan kerja, keamanan data, dan etika kecerdasan buatan.
Pengamat teknologi, Dr. Liang Wei, menyatakan bahwa keberadaan humanoid akan mengubah lanskap pekerjaan secara drastis dalam 5–10 tahun ke depan. “Kita perlu memikirkan ulang peran manusia di era kolaborasi manusia-mesin. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga kebijakan dan nilai-nilai sosial yang mendasarinya,” ujarnya.
Langkah Strategis Global
Dengan langkah agresif Cina dalam menerapkan robot humanoid secara luas, negara tersebut kini berada di garis depan dalam perlombaan otomatisasi industri global. Ke depan, diperkirakan ekspor teknologi humanoid Cina akan meningkat pesat ke negara-negara berkembang yang ingin mempercepat transformasi digital mereka.