Bahasa Melayu Maluku Utara dan Bahasa Indonesia Berdasarkan Proses Fonologis

Oleh: Dr. Suddin M.Saleh Djumadil, S.S., M.Hum.
Dosen pada Program Studi Sastra Inggris
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Khairun-Indonesia
Udinmsaldju79@gmail.com

 

Bahasa Melayu dikenal sudah sejak zaman dahulu kala sampai era milenium saat ini masih terus digunakan oleh para generasi muda. Bahasa ini digolongkan sebagai rumpun bahasa Austronesia dan penyebarannya sangat luas seantero kepulauan nusantara.

Dialek bahasa tersebut berbeda-beda kemungkinan dipengaruhi oleh logat masing-maisng berbagai etnis di kepulauan nusantara sehingga biasanya disebut Melayu Minangkabau, Melayu Palembang, Melayu Aceh, Melayu Riu, Melayu Pontianak, Melayu Betawi, Melayu Makassar, Melayu Manado, Melayu Kupang, Melayu Ambon, Melayu Maluku Utara, Melayu Papua dan lain-lain.

Di Maluku Utara generasi muda menggunakan bahasa Melayu dalam berkomunikasi sehari-hari hingga era modern, dalam artikel ini diistilahkan saja bahasa Melayu Maluku Utara zaman modern milenium ke-3. Bahasa Melayu Maluku Utara dapat juga dinamakan bahasa Melayu Ternate karena banyak digunakan oleh penutur-penutur di wilayah kesultanan Ternate dan sekitarnya sejak zaman dahulu.

Secara garis besar, ada tiga bahasa masih eksis di Negara Kesatuan Republik Indonseia yaitu pertama, bahasa lokal atau bahasa daerah yang dimiliki oleh masing-masing etnis. Bahasa daerah telah dicantumkan ke dalam UU RI nomor 24 2009 pasal 42 ayat 1 menyatakan bahwa pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Kedua, bahasa Melayu yang dituturkan oleh berbagai etnis tetapi memiliki sedikit perbedaan dialek oleh masing-masing suku penuturnya, bahasa Melayu ini belum diatur dalam Undang-Undang RI, dan yang ketiga, bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional yang baku dan formal biasanya digunakan di forum-forum resmi baik nasional maupun internasional dan juga di media cetak dan media elektronik, serta digunakan pada ranah pendidikan.

Bahasa Indonesia diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan transformasi dari bahasa Melayu yang distandarkan. Bentuknya memang agak sedikit berbeda dengan bahasa Melayu yang dimiliki oleh masing-masing etnis di wilayah nusantara.

Bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu seluruh rakyat Indonsia, telah tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV pasal 36, diatur dalam UU RI nomor 24 tahun 2009 Bab III pasal 25 sampai pasal 40, diatur dalam PP nomor 57 tahun 2014, terlukis di dalam Teks Proklamasi dan dibacakan oleh presiden Republik Indonesia pertama yakni Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945.

Perkembangan bahasa Indonesia terus bergulir dengan adanya kegiatan kongres bahasa Indonesia pertama di kota Solo tanggal 25 sampai 27 Juni tahun 1938 yang membicarakan tentang revitalisasi tata bahasa Indonesia hingga kongres bahasa Indonesia ke-12 pada tanggal 26 sampai 27 Oktober 2023 di Golden Ballroom The Sultan Hotel & Residence Jakarta Pusat.

Pelaksanaan kongres tersebut membahas tema penting, yakni revitalisasi bahasa dan sastra daerah, literasi bahasa dan sastra Indonesia, serta internasionalisasi bahasa Indonesia. Kosa kata bahasa Indonesia era sekarang banyak diadopsi dari bahasa daerah nusantara, bahasa Melayu, bahasa Arab, dan bahasa Asing terutama bahasa-bahasa di dataran benua eropa.

Perbedaan bahasa Melayu Maluku Utara dan bahasa Indonesia, misalnya dalam bahasa Melayu Maluku Utara “Untung papi tara iko kaka Am” hubungan operasionalnya atau dapat dibedakan dengan bahasa Indonesia “Untung papi tidak ikut kakak Am” bahasa Melayu Maluku Utara lain, misalnya “Mangael mai payah” dapat dianalogikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Mengail juga payah”.

 Apabila tuturan bahasa Melayu Maluku Utara diperhatikan, hal itu tampaknya terjadi proses perubahan bunyi yang signifikan dalam aspek fonologi yang dapat dibandingkan dengan bunyi-bunyi segmentasi dalam bahasa Indonesia. Begitu pula, kata mai dalam bahasa Melayu Maluku Utara adalah termasuk kelas kata adverbial yang sepadan bersinonim dengan kata juga dalam bahasa Indonesia. Kata mai dalam bahasa Indonesia tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bermakna, harus bersanding dengan bentuk dasar lain. Hal-hal semacam ini dibicarakan dalam proses fonologis.

Dalam proses fonologis, bunyi-bunyi segmen bahasa Melayu Maluku Utara berupa vokal + konsonan + konsonan + vokal + konsonan + konsonan bersusun menjadi morfem Untung, konsonan + vokal + konsonan + vokal menjadi morfem papi, konsonan + vokal + konsonan + vokal menjadi morfem tara, vokal + konsonan + vokal menjadi morfem iko, konsonan + vokal + konsonan + vokal menjadi morfem kaka, vokal + konsonan menjadi morfem Am.

 Runtunan itu dapat disingkat VKKVKK + KVKV + KVKV + VKV + KVKV + VK. Selanjutnya, runtunan konsonan + vokal + konsonan + konsonan + vokal + vokal + konsonan menjadi morfem Mangael, konsonan + vokal + vokal menjadi morfem mai, konsonan + vokal + konsonan + vokal + konsonan menjadi morfem payah. Runtunan itu dapat disingkat KVKKVVK + KVV + KVKVK.

Runtunan bunyi-bunyi segmen bahasa Indonesia berupa vokal + konsonan + konsonan + vokal + konsonan + konsonan menjadi morfem Untung, susunan konsonan + vokal + konsonan + vokal menghasilkan morfem papi, konsonan + vokal + konsonan + vokal + konsonan memproduksikan morfem tidak, vokal + konsonan + vokal + konsonan menghasilakan morfem ikut, susunan konsonan + vokal + konsonan + vokal + konsonan memproduksi morfem kakak, runtunan vokal + konsonan membentuk morfem Am. Susunan bunyi-bunyi segmen dapat ditulis ulang berupa simbol VKKVKK + KVKV + KVKVK + VKVK + KVKVK + VK.

Selanjutnya, aturan konsonan + vokal + konsonan + konsonan + vokal + vokal + konsonan menghasilkan morfem Mengail, konsonan + vokal + konsonan + vokal dapat membentuk morfem juga, susunan konsonan + vokal + konsonan + vokal + konsonan menghasilkan morfem payah.

 Penulisan ulang berupa simbol KVKKVVK + KVKV + KVKVK. Bunyi-bunyi segmen berstruktur mengkonstruksikan morfem-morfem yang mewujudkan klausa-klausa bahasa Melayu Maluku Utara dan klausa-klausa bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa standar atau bahasa baku sedangkan bahasa Melayu Maluku Utara adalah bahasa non-standar. Secara historis, bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, oleh karena itu, keduanya memiliki kemiripan namun tak serupa. Segmen bunyi dari kedua bahasa itu dapat diuraikan dengan tipe proses fonologis pada konstruksi simbol-simbol di atas.

Simbol-simbol KVKKVVK ini adalah deretan segmen-segmen dalam satu gugus morfem yang memiliki ciri-ciri bunyi pada umumnya ialah bunyi konsonan dan bunyi vokal. Segmen dapat mengubah bunyi vokal atau bunyi konsonan dalam satu klaster, misalnya morfem mengail dalam bahasa Indonesia dan morfem mangael dalam bahasa Melayu Maluku Utara, bunyi vokal /e/ dan /i/ dalam bahasa Indonesia dapat berubah menjadi bunyi vokal /a/ dan /e/ dalam bahasa Melayu Maluku Utara.

Morfem ikut dalam bahasa Indonesia dan iko dalam bahasa Melayu Maluku Utara, bunyi vokal /u/ dalam bahasa Indonesia berubah menjadi vokal /o/, tipe proses fonologis semacam itu disebut proses substitusi, dan terjadi penghilangan bunyi konsonan /t/ pada akhir kata dalam bahasa Melayu Maluku Utara, penghilangan bunyi segmen /t/ dapat dinamakan proses pelesapan.

Demikian juga, morfem tidak dan juga dalam bahasa Indonesia dianalogikan dengan morfem tara dan mai dalam bahasa Melayu Maluku Utara, bunyi gugus konsonan vokal dari kedua bahasa itu tidak serupa atau hampir tidak serupa, namun tara dan tidak mempunyai makna yang sama, begitu pula morfem mai dan juga, tipe proses fonologis ini dinamakan proses substitusi sebuah gugus atau substitusi penuh.

Penggunaan bahasa Melayu Maluku Utara oleh para penuturnya juga kadang-kadang tidak konsisten, misalnya penggunaan morfem kalo, klu, dan klo dalam klausa “Ibu-ibu kalo so baumur sadiki, Klo cuma copi mata saja bisa ka trada, Klu parampuang nongkrong akan banyak gossip”.

Ketiga bentuk morfem tersebut berpadanan dengan morfem kalau dalam bahasa Indonesia. Morfem kalo mengalami pelesapan dua bunyi vokal /a/ dan /u/ pada akhir morfem dan juga mengalami suatu proses substitusi bunyi vokal /o/ pada akhir morfem.

Selanjutnya, klu dan klo mengalami proses kontraksi ketimbang partikel kalau dalam bahasa Indonesia yang merupakan ssuatu gugus bunyi-bunyi konsonan vokal, dengan kata lain belum mengalami proses perubahan. Sebenarnya, pendeskripsian proses fonologis semacam ini adalah suatu proses fonologis yang terdapat dalam bahasa Melayu Maluku Utara dibandingkan dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa baku atau standar.

Karena bahasa Melayu Maluku Utara di zaman modern ini diasumsikan dalam konteks perubahan dari bahasa Indonesia yang baku. Bahasa Melayu Maluku Utara dengan bahasa Indonesia yang disimak dalam komunikasi sehari-hari tampaknya memiliki kemiripan. Dengan adanya kemiripan ini, bahasa Indonesia dijadikan sumber pembanding dan bahasa Melayu Maluku Utara sebagai target analisis proses fonologis.

Bahasa Indonesia perlu didorong dalam aspek penggunaannya oleh kalangan generasi muda Maluku Utara. Hal ini bertujuan agar bahasa Indonesia dapat berperan aktif dalam pendidikan terutama pendidikan dasar dan menengah serta di perguruan tinggi pada konteks wilayah Maluku Utara.

Masih langka ditemukan dalam percakapan menggunaka bahasa Indonesia baku di ranah-ranah non formal di Maluku Utara, tampaknya masih didominasi oleh bahasa Melayu Maluku Utara. Masyarakat Indonesia semestinya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama selain bahasa lokal dan bahasa Melayu berdialek masing-masing etnis.

Para penutur Indonesia terus didorong agar terus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Bahasa Melayu Maluku Utara dan bahasa-bahasa lokal di wilayah provinsi Maluku Utara diharapkan mendapat pelestarian sebagai aset kekayaan dan kebudayaan daerah dan terus difungsikan sebagai objek penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu linguistik, pengajaran bahasa, sosiolinguistik, antropolinguistik dan lain-lain.