Jazirah Indonesia – 77 tahun lalu, tepatnya tanggal 9 Ramadhan 1346 Hijriyah, atau 17 Agustus 1945 dalam tahun Masehi, proklamator Sukarno-Hatta punya kisah khas tentang menu sahur saat menyusun teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda.
Selain keberadaan Dwi Proklamator dan laksamana Maeda di rumah ini, juga ada Achmad Soebardjo dan tokoh lainnya, mereka beradu pendapat hingga kurang lebih pukul 04:00 pagi, antara lain tujuannya menentukan masa depan bangsa Indonesia sebagai sebuah negara merdeka.
Selesailah Teks Proklamasi disusun, Soekarno-Hatta ke luar ruangan untuk menyantap menu sahur bersejarah yang disiapkan oleh para asisten rumah tangga Laksamana Maeda.
Sedangkan menu sahur bersejarah itu terdiri dari ikan sarden, telur dan roti, tanpa nasi.
“Lewat pukul 04.00 subuh, perumusan naskah Proklamasi rampung. Soekarno melangkah keluar setelah mengambil makanan di dapur untuk sahur. Hatta menyusul, seusai membuka sekaleng ikan sarden dan mencampurnya dengan telur,” tulis Rosihan Anwar dalam sebuah buku berjudul Sutan Sjahrir: True Democrat, Fighter for Humanity 1909-1966.
Soekarno dan Hatta kemudian pulang ke kediamannya masing-masing setelah makan sahur yang khas tadi. di dalam mobil, Soekarno mengucapkan sesuatu kepada Hatta.
“Semoga saja apa yang kita upayakan selama ini untuk Indonesia Merdeka, dapat berguna bagi anak cucu kelak,” ucap Soekarno,.
“Ya, aku juga berharap demikian,” jawab Hatta, tertulis dalam buku Hatta: Aku Datang karena Sejarah, dikutip solopos.com.
Mengapa Sukarno memilih tanggal 17 sebagai Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, ini juga mempunyai alasan tersendiri dan bersejarah di bulan yang penuh rahmat itu, selain dari menu sahur tersebut.
Angka 17 baginya adalah angka yang baik. Dalam Islam, 17 merupakan jumlah rakat salat dalam satu hari. Selain itu, 17 Ramadan merupakan hari diturunkannya Al-Qur’an dan Jumat adalah hari yang mulia.
“Pertama kita berada dalam bulan suci Ramadan. Tanggal 17 jatuh pada hari Jumat. Al-Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadan. Orang Islam melakukan salat 17 rakaat dalam sehari,” ucap Soekarno.
“Aku mendengar kekelahan Jepang dan kemudian aku berpikir kita harus segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia”, kata Sukarno.
Lanjutnya, “aku menyadari takdir Tuhan bahwa peristiwa itu akan jatuh tanggal 17. Revolusi mengikuti setelah itu,”tambah Soekarno, dikutip dari situs resmi milik Museum Kepresidenan Balai Kirti.
Komentar