oleh

Bahlil, Dari Kondektur, Sopir Angkot Hingga Jadi Menteri

Jazirah Indonesia – Sosok yang satu ini belakangan mencuri banyak perhatian, tidak saja saat dipanggil Presiden Jokowi pertama ke Istana pada Oktober 2019 lalu, namun karena punya kisah hidup dalam menapaki karirnya.

Kembali dipercayakan menjadi Menteri Investasi, setelah sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sejak Oktber 2019. Selama di BKPM berhasil merealisasikan investasi Rp 474,9 triliun atau 67,1 persen dari total investasi mangkrak, Rp708 triliun.

Adalah Bahlil Lahadalia, pria yang dibesarkan dari keluarga sederhana, Ayah Bahlil hanyalah kuli bangunan, ibunya bekerja sebagai tukang cuci. Ini sekira membuat dia menjadi sosok mandiri dan pekerja keras.

“Saya menjalani saja, memang semuanya saya mulai dari bawah. Sejak kecil saya sudah sering berjualan kue,” kata pria kelahiran Maluku 7 Agustus 1976 ini, dikutip Suara.com pada Mei 2016 lalu.

Sejak di bangku SD (SDN 1 Seram Timur Maluku),  membantu ibunya menjajakan kue di Sekolah dan di warung-warung. Di SMPN 1 Seram Timur Maluku, paruh waktu dijalaninya sebagai kondektur.

Begitu juga ketika di lanjutan atas (SMEA YAPIS Fakfak Papua), Bahlil  juga mengisi waktu menjadi supir angkot.

“Sejak muda saya sudah terbiasa berbisnis. Mental pengusaha itu harus dibangun sejak awa,  kebanyakan bisnis saya di tambang,” kata Bahlil.

Bahlil menghabiskan masa kuliahnya di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura, Papua. Semasa kuliah, dia dikenal aktif menjadi pengurus senat mahasiswa hingga bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang membawanya menduduki posisi puncak sebagai Bendahara Umum PB HMI.

Setelah Bahlil memiliki berbagai pengalaman dalam organisasi dan memiliki pekerjaan bergaji tinggi, Dia memutuskan keluar dari pekerjaannya dan mendirikan perusahaannya sendiri.

Bahlil kemudian bersama temannya membangun perusahaan, dimulai dari perusahaan konsultan keuangan dan Teknologi Informasi (TI).

Namun kemudian, Bahlil juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan yang dibangunnya bersama teman-temannya tersebut.

Setelah resign, Bahlil diberi dividen sebesar Rp 600 juta yang kemudian digunakannya sebagai modal untuk membangun perusahaan perdagangan (trading) kayu.

Bahlil mampu melihat peluang sumber daya alam di tanah Papua, disini mendorong dia untuk membuka usahanya. Tercatat, Bahlil memiliki 10 perusahaan di berbagai bidang di bawah bendera PT Rifa Capital sebagai holding company. 

Pada 2015, kariernya sebagai pengusaha membuat Bahlil dipercaya menahkodai Himpungan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) 2015–2019.

Nampak presiden sudah melirik Bahlil adalah sosok yang cocok untuk jadi menterinya pada saat Silaturahim Nasional dan Buka Puasa Bersama HIPMI di Ritz-Carlton, Kuningan Jakarta (26/5/2019) lalu

Saat itu, Jokowi bahkan meminta agar jajaran HIPMI tak perlu kaget bila Bahlil nantinya terpilih jadi seorang menteri.

“Mampu mengeksekusi program-program yang ada, kemampuan eksekutor yang paling penting. Memiliki kemampuan manajerial yang baik,” puji Jokowi saat itu, dikutip Kompas.com

Bahlil akhirnya dipanggil Jokowi ke Istana pada 22 Oktober 2019. di kesempatan ini, Dia diminta mengawal investasi di Indonesia melalui BKPM, dan Pada 23 Oktober 2019 Bahlil resmi sebagai kepala BKPM.

Bahlil LahaBahlil Lahadalia (ft. pontas.id)dalia (ft. pontas.id)

Kini, sejalan dengan peresmian kementerian baru (Kementerian Investasi) sebagai perubahan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Jabatan Bahlil Lahadalia pun dilantik menjadi Menteri Investasi pada Rabu (28/4/2021).

Bahlil disebut sering membeberkan kunci kesuksesan mendatangkan investasi tersebut adalah menyelesaikan investasi mangkrak. Selama kepemimpinan di badan ini, investasi Rp 474,9 triliun atau 67,1 persen berhasil direalisasikannya.

Inilah yang membuat kinerja Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia tidak jatuh dalam, yakni hanya minus 5,1 persen di tengah pandemi covid-19.

Sedangkan berdasarkan survei dari beberapa lembaga internasional, hampir semua negara mengalami penurunan FDI di kisaran 30 persen-40 persen.

“Saya ingin menyampaikan juga bahwa FDI yang turun tidak lebih dari 10 persen, itu karena kita memiliki cadangan investasi mangkrak Rp708 triliun dan sudah diselesaikan 67,1 persen atau Rp474,9 triliun,” ucapnya dikutip cnnindonesia.com.

Penulis : Rizkyansah Y.
Editor : Rizkyansah Y.

Komentar