Jazirah Indonesia, Tidore – Dalam sepekan terakhir ini, harga tomat di Pasar Gosalaha Kota Tidore Kepulauan meroket, di kisaran Rp30,000 – Rp35,000/kilogram (kg).
Harga tersebut biasanya didapatkan di hari-hari biasa atau di luar hari pasar (di luar hari Selasa dan Sabtu). Sementara di hari pasar, harga tomat di kisaran Rp30.000 – Rp33,000/kg.
Hal ini bisa dibilang petani bernafas lega dengan capaian harga yang begitu fantastis. Namun berbeda dengan para konsumen, harus menguras isi dompetnya untuk mendapatkan 1 kg Tomat.
Lonjakan harga komoditas ini di pekan kemarin hingga saat ini dipengaruhi oleh kurangnya jumlah produksi tomat lokal maupun pasokan dari luar.
Menurut pedagang tomat di Pasar Gosalaha bahwa kenaikan ini disebabkan karena tomat yang biasanya dipasok dari Manado Sulawesi Utara dan Subaim Halmahera Timur saat ini diperoleh dengan harga yang tinggi.
Seperti yang disampaikan salah satu penjual tomat (dibo-dibo), dirinya mendapatkan pasokan tomat dari Subaim oleh pedagang pengumpul (orang ke 2) dengan harga bisa mencapai Rp1 juta/keranjang yang berisi 35-40 Kg.
“Saya ambil tomat ini dari Subaim, itu dari langganan, jadi dong so ambe disana dan tong ganti ambe dari dorang, harga mahal ini tong Kase kaluar doi mau dekat 1 juta untuk 1 keranjang saja,” ujar salah satu pedagang (dibo-dibo) pasar Gosalaha Tidore, Senin (15/7/2024).
Untuk harga tersebut kata Dia, keuntungan yang diperoleh tidak menentu, namun bisa ditaksir Rp,5000-6000/kg.
“Biasanya keuntungan yang tong dapat itu per kilo itu Rp, 5000-6000 saja, itu pun tidak menentu kadang tomatnya ada yang ancor, busuk dan sebagainya maka timbangan sudah pasti berkurang dan keuntungan juga pasti menurun,” ungkapnya.
Dirinyapun berharap agar pemerintah bisa memperhatikan dan bisa mengatasi lonjakan harga tersebut sehingga baik petani, pedagang maupun pembeli sama-sama untung.
Sementara Abdullah Muhammad, salah satu petani muda asal Kelurahan Gurabunga Kecamatan Tidore, saat ditemui mengaku senang jika hasil pertaniannya seperti tomat mendapatkan nilai pasar yang tinggi.
Namun dirinya pun meminta kepada pemerintah agar bisa buat Perda tentang kestabilan harga tomat biar antara petani, penjual eceran (dibo-dibo) maupun pembeli sama-sama menguntungkan.
“Saya saran saja, kalau boleh pemerintah buat Perda tentang harga tomat, agar supaya harga bisa stabil. tidak terlalu mahal tidak terlalu murah sehingga kami para petani juga untung, dibo-dibo juga untung, pembeli juga senang,” tuturnya.
Lanjut Om Gogo panggilan akrab Abdullah, kalau boleh tidak hanya Perda, akan tetapi Pemerintah juga buat Kalender Khusus untuk tanaman Tomat Agar bisa dipantau aktifitas petani tomat.
Hal itu menurutnya agar tidak lagi datangkan tomat dari luar Tidore untuk memenuhi kebutuhan tomat di Kota Tidore Kepulauan.
“Buat Kalender, petakan Petani tomat yang ada di Pulau Tidore maupun daratan Oba, berapa banyak jumlah petani tomat kemudian atur jadwal tanam berdasarkan jumlah petani yang ada maka dengan begitu ketersedian tomat ini tetap ada sehingga kita tidak lagi datangkan tomat dari Manado dan sebagainya,” jelas Gogo.
Sebagai petani dirinya berharap kepada pemerintah daerah agar bisa memperhatikan kestabilan harga hasil pertanian sehingga baik petani sebagai produsen maupun konsumen tidak saling merugikan.