Jazirah Indonesia – Dengan Luas wilayah 145.801,10 Km2, Provinsi Maluku Utara (Malut) memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah. Selain memiliki luas darata yang terbilang besar yakni 32.004,57 Km2 atau 30,92 persen, namun luas lautan juga tak kalah luas yakni mencapai 113.797,53 Km2 atau 69,08 persen.
Tentu dengan luas lautan yang di miliki ini, hasil laut provinsi berjulukan lain Al-Mulk ini juga berlimpah ruah terutama di sektor perikanan.
Di sektor perikanan, upaya pemerintah mengelola sumber daya laut menjadi pendatan daerah tentu diprogramkan dengan bermacam cara. Salah satunya yaitu kegiatan ekspor hasil perikanan baik antar daerah maupun luar negeri. Kegiatan-kegiatan ini juga didukung dengan industri perikanan yang mumpuni sehingga skala produksi hasil tangkap dapat terukur dengan baik.
Adapun beberapa hasil laut yang sering di dagangkan keluar daerah dan luar negeri dan saat ini telah dikembangkan antara lain, rumput laut, ikan tuna, cakalang, tongkol, udang vaname, layang, cumi, demersal kerapuk kakap dan hasil laut lainnya. Begitu juga ikan teri (kering), kemudian biji mutiara, ranjungan, (masak daging) sirip, daging hiu, kepiting bakau, lobster, ikan hias dan kerapu.
“Semuanya itu merupakan potensi sumber daya perikanan yang dimiliki Maluki Utara. Ini penting di kembangkan,” kata Kepala DKP Provinsi Maluku Utara, Abdullah Assagaf melalui rilis yang diterima, Selasa (21/2/2023) malam.
Lebih jauh Abdullah memaparkan, target realisasi perikanan tangkap di Maluku Utara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan, misalnya produksi tahun 2021 yang ditargetkan 356.375 ton, terealisasi sebanyak.356.427,75 ton, sedangkan untuk target produksi tahun 2022 yakni 356.400,00 ton, terealisasi sebanyak 378.111,842 ton. Sementara untuk tahun 2023, pemerintah menargetkan sebesar 356.520 ton.
“Target kita terus mengalami peningkatan setiap tahun, untuk tahun 2023 kita berupaya agar lebih tinggi,” katanya.
Abdullah memaparkan, jika di ukur menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2021, kinerja produksi perikanan tangkap sebesar 356.375 ton, realisasi 356.427 ton, produksi perikanan budidaya target 207.140 ton, terealisasi 101.110 ton, produksi olahan 20.200 ton, terealisasi 28.236,42 ton, nilai tukar nelayan target 105.40, realisasi 105.90, nilai tukar pembudidaya target 104.60 realisasi 103.82, kemudian nilai ekspor perikanan target 2.000.000 USD, terealisasi sebesar 3.203,739 USD.
Berikutnya nilai konsumsi ikan perkapita 62,30 persen, terealisasi 78,24 persen, PDRB sektor perikanan target 7,50 persen terealisasi 5,45, persen, kemudian luas wilayah konservasi yang disahkan target 60.000 mil, terealisasi realisasi 667.681,25 mil, dan untuk cakupan pengawasan wilayah laut sampai 12 mil dari Undang-Undang Ilegal Fishing kegiatan yang merusak sumber daya kelautan target 50 persen terealisasi 30 persen.
Sementara jika dilihat dari Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2022, untuk kinerja produksi perikanan tangkap yaitu 356,520 ton realisasi 378,111 ton, nilai tukar nelayan target 105,40 persen, terealisasi 105,90 persen, kemudian nilai ekspor perikanan 4.000.000 USD realisasi 5.010,238 USD.
Adapun penyebaran komoditi hasil tangkap nelayan Maluku Utara ini yaitu, seperti udang vaname yang hanya berada di wilayah Kabupaten Pulau Morotai, Halmahera Selatan, Tidore Kepulauan, dan Halmahera Barat, sedangkan untuk budidaya rumput laut hanya berada di daerah Morotai, Halmahera Barat, Halmahera Selatan dan Taliabu Taliabu.
“Ada beberapa kabupaten/kota itu memiliki arah kebijakan yang berbeda-beda,” kata Abdullah Assagaf.
Disisi produksi dan penjualan, realisasi produksi dan penjualan perikanan tangkap pada triwulan I tahun 2023 dan prospek pada triwulan II tahun 2023 terbilang naik di lima (5) pelabuhan perikanan yang dikembangkan oleh DKP Provinsi Maluku Utara, seperti Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Morotai, Tobelo, Tidore, Ternate, Bacan, dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Ternate.
Untuk jumlah produksi di enam pelabuhan tersebut pada tahun 2022 sebesar 15.395,792 ton, jumlah produksi Januari 2022 sebesar sebanyak 1.415,472 ton, sedangkan untuk jumlah produksi Januari 2023 sebanyak 1.114,410 ton.
“Pemasaran domestik tahun 2022 yang tersebar di 18 provinsi di seluruh Indonesia, dengan total volume pengiriman domestik tahun ini sebesar 16.319,596 ton, total nilai pengiriman domestik sebesar Rp 565,082,050,093,” paparnya
Untuk negara tujuan ekspor ke luar negeri tersebar di enam (6) negara, seperti Amerika Serikat, Singapura, Korea, Vietnam, Philipina dan Thailand, dengan total volume pengiriman ekspor 568,628 ton, dengan total nilai pengiriman ekspor Rp 76.200,717,526.
Perkembangan ekspor dari tahun 2019 sampai 2022, volume ekspor dari tahun 2021 ke 2022 mengalami peningkatan sebesar 21,7 persen, volume ekspor 2022 lebih kecil di bandingkan 2019, namun jika di bandingkan dari nilai produksi ekspor maka 2022 nilai produksi lebih tinggi.
Bila dilihat dari penunjang perikanan dari tahun ke tahun kata Abdullah, juga mengalami peningkatan yang pesat, seperti pengadaan armada tangkap untuk nelayan pada tahun 2022 di DKP Provinsi Maluku Utara berdasarkan kapasitas, yaitu untuk 3 GT sebanyak 103 unit, 5 GT sebanyak 5 unit, kemudian 30 GT sebanyak 4 unit.
Adapun di penunjang infrasturktur perikanan, realisasi sarana dan prasarana pelabuhan perikanan 2022 yang dibangun DKP Malut yakni PPI Wainim di Kabupaten Kepulauan Sula seperti dermaga, jalan, drainase dan air bersih. Sarana ini rencananya beroperasi Maret 2023. Kemudian PPI Tuada di Halmahera Barat seperti infrastruktur jalan dan dermaga yang sudah beroperasi, PPI Dufa Dufa, kota Ternate, seperti pekerjaan penambahan panjang dermaga yang kini juga sudah beroperasi.
“Ada juga PPI Goto di Kota Tidore yakni penambahan dermaga tangkap, pembangunan sentral produksi di Tomolou, dermaga, pabrik es dan ICS,” sebutnya.
Meski demikian, Abdullah mengakui ada beberapa tantangan yang di hadapi DKP Maluku Utara seperti rendahnya daya saing produksi, SDM hingga regulasi terkait perikanan yang acapkali mengalami perubahan.
“Ada tantangan yang di hadapi oleh DKP Malut, seperti masih rendanya daya saing produksi, kualitas SDM suplier unit pengelolaan ikan, akses permodalan dan BBM. Lalu ada juga akses pasar, iklim usaha infrastruktur pelabuhan dan akses transportasi, dan aturan yang sering berubah-rubah,” pungkasnya.










Komentar