Jazirah Indonesia – Meskpun merupakan penyakit tidak menular (PTM) seperti Covid-19, namun penyakit Tekanan Darah Tinggi atau dalam istilah medis Hipertensi disebut sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Data RISKESDAS 2018 melaporkan bahwa prevalensi Hipertensi pada usia 18 tahun ke atas adalah sebesar 34,1%. Hal itu berarti, 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia menderita Hipertensi.
Berdasarkan data WHO 2020 diberitakan cnbc, Hipertensi adalah penyebab utama kematian dini di seluruh dunia denhgan perkiraan 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi.
Sebagian besar atau dua per tiga penderita gangguan kesehatan ini berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada 2015, 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita menderita hipertensi.
Hipertensi merupakan penyakit kronis dengan peningkatan tekanan darah di atas nilai normal. Kondisi ini tidak bisa dianggap remeh, karena Hipertensi dapat berlangsung lama tanpa disadari oleh penderitanya.
Hipertensi melibatkan banyak faktor penyebab dan disaran para ahli, perlu diatasi dengan serius, karena memiliki risiko komplikasi ke lima organ tubuh penting
Kelima organ tersebut yakni, otak (stroke), mata (retinopati hipertensi), jantung (penyakit jantung koroner sampai dengan gagal jantung), ginjal (gagal ginjal kronis), dan pembuluh darah perifer.
Seseorang disebut menderita Hipertensi bila mempunyai tekanan darah sistolik >140 mmHg, dan diastolik >90 mmHg.
“Dengan jantung tidak perlu bekerja keras, tekanan pada pembuluh darah pun turun, sehingga tekanan darah akan lebih rendah, dan kita terhindar dari risiko Hipertensi,” kata dr. Michael Triangto dikutip liputan6.com dalam acara bertajuk “Kelas Online Penuh Inspirasi (KOPI) Sehat” bersama Good Doctor dan Samsung Galaxy Watch, Minggu (2/5/2021).
.Perlu Latihan Fisik
Pencegahan Hipertensi, dianjurkan Kementerian Kesehatan melakukan latihan fisik rutin dan teratur 5x seminggu, dengan total 150 menit/minggu. Latihan fisik sebaiknya menggabungkan antara latihan kardio, kekuatan dan fleksibilitas.
Bagi penderita hipertensi, ada rambu-rambu tertentu untuk melakukan latihan fisik, agar tetap aman.
“Mereka yang menderita Hipertensi disarankan untuk melakukan latihan fisik jenis aerobik, dengan intensitas ringan – sedang, misalnya berjalan kaki, bersepeda santai, atau berenang,” ujar dr. Michael.
Latihan fisik berat justru bisa berbahaya bagi penderita Hipertensi. “Tekanan darah dan denyut jantung bisa tidak terkontrol, dan akibatnya bisa fatal,” jelas dr. Michael.
Penting lanjut, dr. Michael memantau tekanan darah, denyut jantung, dan saturasi oksigen selama berolahraga.
Penulis : Nazirul.
Editor : Nazirul
Komentar